Page 272 - Tan Malaka - MADILOG
P. 272

Diantara  pemikir  Barat  yang  berdasarkan  Dialektika  ada  juga  yang
               melihat  Tiga  Serangkai  ini  sebagai  penglaksanaan  Dialektika  Hindu.
               Pemeliharaan,  Perusak,  dan  Pembikin  itu  ialah  hasilnya  gerakan
               Dialektika:  Thesis,  anti-thesis  dan  synthesis,  yang  sudah  kita  kenal.
               Tetapi  menurut  pikiran  saya  orang  mesti  berhati-hati  mengambil
               kesimpulan,  sebelum  betul-betul  dipastkan  jabatan  (function)  masing-
               masing Dewa itu dalam teori dan praktek, dan sejarahnya perdamaian itu
               diantara bansga Arya dan bukan Arya. Saya bilang orang mesti berhati-
               hati dan janganlah diambil dari satu tempat saja, baik dalam Kitab Veda,
               atau  dalam  Negara  Hindustan  saja.  Orang  mesti  periksa  arti  masing-
               masing  Dewa  itu  pada  seluruhnya  Zaman  Veda  dan  semua  tempat  di
               Hindustan.
               Mana yang lebih dahulu didapati dalam sejarah Kitab Veda. Surya, Agni,
               Indra  atau  Brahma,  Wishnu,  Shiwa,  tiadalah  saya  berani  dan  bisa
               menentukan.  Sejarah  yang  pendek  diatas  ini  saya  majukan,  tiadalah
               semata-mata  menurut  kehendak  hati  saja.  Kaalu  seandainya  saya  mau
               berlaku sebaliknya, saya tak bisa jalankan sebab seperti pada permulaan
               lebih  dari  cukup  saya  majukan  bahwa  Zaman  Veda  itu  gelap  gulita!
               Tetapi  tiga  Serangkati  Surya,  Agni,  Indra  itu  memang  boleh  jadi
               mendahului Tiga Serangkai Brahma, Wishnu, Shiwa. Sekurangnya hal ini
               tak bertentangan dengan Madilog.

               Kekuasaan  dan  daerahnya  33  Dewa  itu  masing-masing  tentulah
               memusingkan kepala seseorang, berapapun juga ahlinya. Lagi pula orang
               sudah  sadar,  bahwa  walaupun  ada  33  Dewa,  seorang  atau  selusin  dua
               luisn  Dewapun  tak  bisa  menganggu  ketetapan,  menurut  hukum,  orde,
               jalannya Alam ini. R t a, kata filsafat Hindu itu, yang artinya ketetapan
               jalan  itu.  R  t  a  yang  tergambar  pada  Dewa  Varunalah  yang
               menyelenggarakan  supaya  matahari  beredar  siang  dan  bulan  beredar
               malam,  serta  musim  balik  bertukar.  Jadi  lama-lama  mendapat  penrtian
               tentang  ketetapan,  pengertian  tentang  hukum.  Lagi  pula  pikiran  umum
               sudah condong pada keesaan. Diantara yang 33 Dewa itu mestinya ada
               saut  yang  terkuasa.  Disinilah  lahir  montheisme,  kepercayaan  pada
               “ketunggalannya”,  keesaan.  Begitulah  diatas  kita  melihat  Dewa  Surya
               akhirnya  jadi  ketua  pada  tiga  daerah,  Langit,  Bumi  dan  Udara  berikut-
               ikut  mengetuai  rapatnya  sendiri,  rapatnya  Agni  dan  Indra.  Surya  naik
               ketingkat Maha Dewa.

               Tetapi  lama-kelamaan  orang  sangsi  kepada  kepercayaannya  sendiri.
               beberpaa  syair  dalam  Veda,  sudah  menanyakan  “siapakah  Indra  itu?”





                                                                                         271
   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277