Page 270 - Tan Malaka - MADILOG
P. 270

Veda kita juga berjumpakan syair yang memuja dan memuji Dewa Tiga
               Serangkai ini.

               Tetapi  janganlah  pula  disangka,  bahwa  kekuasaan  tiap  Dewa,  diantara
               yang  33  atau  11  ataupun  3-Serangkai  dipastikan  luas  dan  batasnya,
               seperti Tata Negara Amerika Serikat memastikan kekuasaan, tentang gaji,
               mengangkat  dan  melepaskan  pegawainya.  Semua  kekuasaan  itu  Cuma
               dibentuk  pada  syair  saja,  kekuasaan  satu  Dewa  boleh  berada  pada
               daerahnya Dewa lina dan sebaliknya.

               Ahli syair, pemuja Dewa dan penjawab persoalan yang terbit dikepalanya
               tak puas dengan Dewa Tiga Serangkai sebagai pucuk 33 para Dewa tadi,
               sejarah berjalan dari selangkah demi selangkah dan persoalan timbul satu
               demi  satu.  Tiga  serangkai  tadi  akhirnya  dibulatkan,  ditunggalkan  pada
               SATU  yang berkuasa atas, atau menilik kerja teman sejawatnya.  Dewa
               Surya,  Dewa  Matahari,  yang  bersemayam  dilangitlah  yang  mendapat
               kehormatan!
               Beliau  diangkat  –  juga  dalam  syair  oleh  tukang  syair  –  menjadi  ketua.
               Beli  inilah  yang  berganti-ganti  mengetuai  rapat  pada  daerah  beliau
               sendiri,  yakni  di  Langit,  kemudian  di  Udara  dan  akhirnya  di  Bumi.
               Maklumlah  pembaca,  kalau  beliu  paduka  yang  Maha  Mulya  Surya  itu
               mengetuai  rapat  daerah  Udara,maka  ketua  Udara,  yakni  Dewa  Indra,
               dengan segala tertib dan hormat akan duduk disampingnya Dewa Surya.
               Tetapi  tentulah  tiada  gampang  mengetuai  hanti  dan  jinya  penduduk
               Hindustan di Tengah dan Selatan, dipegunungan Dekan, Dipantai Timur
               dan Barat serta dipulau Selong. Disini sekarang masih kelihatan berapa
               bangsa  yang  terang  bukan  Aryan,  menurut  bentuk  tubuh  dan  warna
               kulitnya.  Sekarang  pegunungan  Dekan  saja  berpenduduk  100.000.000
               jiwa. Tetapi sebagian terbesar dari mereka menurut ahli Barat (Keene),
               lebih menyerupai bangsa Tolaing di Birma (serupa orang Indonesia juga)
               atau  orang  Indonesia  dikepulauannya  dan  penduduk  pulau  Selong.
               Mereka  bangsa  Indonesia  Asli  itu  tentulah  pula  membawa  Hantu  dan
               Jinnya,  ketika  bertemu  dengan  bangsa  Arya  yang  menyerbu  dengan
               langsung atau tidak langsung kearah Selatan. Pada satu masa (tentulah tak
               bisa diketahui abad, bulan atau harinya), tentulah para Dewa Arya dari
               Kitab Veda atau sebagian Kitab Veda bertemu muka dengan Hantu dan
               Jin Indonesia. Diantara Hantu Indonesia itu tentu juga ada yang berkuasa
               di  Udara,  seperti  Hantu  Pemburu  (Minangkabau),  Hantu  Rimba  dan
               Hantu  Laut  (Pelasik  Kudung)  dsb.  Sang  Hantu  Pemburu  dan  Pelasing
               Kudungs  aja  tentulah  tak  dengan  ikhlas  hati  begitu  saja  akan




                                                                                         269
   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275