Page 280 - Tan Malaka - MADILOG
P. 280

enak  telinganya  mendengarkan,  serta  Rakyat  mufakat,  kalau  Ahli
               Brahmana  menfirmankan  adanya  Maha  Dewa,  Dewa  Yang  Terkuasa.
               Keadaan ini sesuai dengan gambaran masyarakat pada tingkat itu.

               Bila  terjadinya  saya  tak  tahu,  tetapi  dikatakan  bahwa  akhirnya  Kasta
               Ksatrya  (Kasta  Raja)  ditumbangkan  oleh  Kasta  Brahmana.  Jadi
               pemerintah  yang  bersemangat  digantung  tinggi,  dibuang  jauh,  ya
               Tuanku Syah Alam, tiada cocok lagi dengan semagat kaum Brahmana
               yang memimpin, memerintah.

               Kaum Brahmana memimpin dengan pengetahuan atas kepercayaan resmi.
               Yang terkemuka tiadalah lagi t o n g k a t n y a Maharaja yang berbadan
               pada  polisi  rahasia  dan  polisi  resminya,  melainkan  pada  kepercayaan.
               Makin gaib, makin sakti, makin asing terpisah kepercayaan itu makin jitu
               buat mengendali rakyat jelata. Brahma, Atman, Jiwa Alam, Maha Jiwa
               itu  adlaah  barang  gaib,  terpisah  dari  jasmnai.  Ini  cocok  dengan  Kasta
               Brahmana dengan undang Manu, Kitab Suci, Kitab Veda, Firman yang
               Mahakuasa itu.
               Maharaja, Raja, Ningrat dan Rakyat yang mengikutinya yang dikalahkan
               oleh Kasta Brahmana tadi, tentulah tiada akan terus berpeluk tangan saja
               menangisi  kekalahannya.  Sudah  sepatutnya  kalau  mereka  mengadakan
               percobaan merebut kembali kekuasan yang hilang. Sekurangnya mereka
               akan mengumpulkan tenaga lahir-batin, senjata dan kepercayaan asli atau
               baru, buat megadakan contra-revolusi. Boleh jadi memang sudah ada satu
               atau  lebih  pemberontakan  balasan  semacam  itu  berlaku  dalam  sejarah
               Hindustan. Kita tak tahu karena tanggal dan sebab yang nyata dari satu
               peperangan  atau  pemberontakan  tentulah  tak  bisa  digali  dari  sejarah
               Hindustan  yang  berurat  dan  berpuncak  pada  kegaiban  itu.  Satu
               pemberontakan  ataupun  ancaman  pemberontakan  balasan  saja  sudah
               cukup  buat  memaksa  kaum  Brahmana  berlaku  cerdik.  Perlulah
               dikembalikan  sebagian  dari  kekuasaan  yang  hilang  itu  pada  Kasta
               Ksatria;  perlulah  diadakan  compromis.  Cocok  dengan  keduniaan  yang
               fana  ini  perlulah  pula  diadakan  compromis  pada  dunia  baka,  yang
               digambarkan  oleh  Kitab  Veda,  firmannya  Yang  Mahakuasa  itu.
               Demikianlah akhirnya taida akan mengherankan, kalau kepercayan pada
               Maha  Jiwa  tadi  memasukkan  kepercayaan  Maha  Dewa,  supaya  lebih
               menjadi Maha-Jiwa-Dewa (Pan-Mono-Theism).

               Dengan  begitu,  maka  Kasta  Brahmana  bisa  meneruskan  kekuasannya
               seperti  Maha-Trust  (mamouth  Trust)  di  Amerika  meneruskan
               kekuasannya  dengan  jalan  menghisap  kongsi  yang  baru  timbul  atau




                                                                                         279
   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285