Page 36 - Tan Malaka - MADILOG
P. 36

menghidupkan  kembali  dengan  jalan  Ilmu  Listrik  satu  mayat.  Tetapi
               otaknya  mayat  itu,  ialah  otaknya  seorang  bangsat.  Raksasa  yang
               dihidupkan ini menjadi musuh mati-matian Dr. Frankenstein. Sang dokter
               terpaksa  lari  bersembunyi  saja,  tak  sanggup  menentang  buatannya
               sendiri. Kasihan pula kita kalau Dewa Rah membikin Alam  yang lebih
               berkuasa  dari  pembikin,  ialah  Rah  sendiri,  sampai  terpaksa  lari
               bersembunyi.

               Dr.  Frakenstein  bisa  mencari  tempat  bersembunyi.  Tetapi  kemanakah
               Dewa  Rah  akan  bersembunyi?  Bukankah  semua  yang  ada  ialah  alam
               yang takluk pada undangnya alam? Demikianlah menurut kemungkinan
               yang terakhir ini Maha Dewa Rah mestinya takluk pada Alam. Sebagai
               bukti, ialah dimana saja dan pada waktu mana saja undangnya alam tak
               pernah dan tak bisa dapat bantahan.

               Demikianlah kalau kita pakai pikiran yang jernih, hati berani dan jujur,
               memikirkan,  bahwa  zat  berasal  pada  Rohani,  kita  mesti  tersesat.  Kita
               mesti akui, bahwa hakekat yang semacam itu bertentangan dengan akal.
               Gauthama Budha yang saya anggap ahli filsafat MISTIKA yang terbesar,
               semenjak dunia ini diketahui, ahli filsafat yang lebih besar pengaruhnya
               dari  ahli  filsafat  Barat,  dari  Plato  sampai  Hegel,  lebih  besar  dari  pada
               pengakuan Barat sendiri. Gauthama Budha yang sudah mengakui, bahwa
               Rohaninya  sudah  bersatu  padu  dengan  Roh  Alam,  sudah  sampai  ke
               Nirwana jika disesakkan oleh muridnya dengan pertanyaan: apakah Roh
               Alam  (Rohani)  itu  sama  dengan  Jiwa  (manusia?),  terpaksa  menjawab:
               "Pertanyaan itu salah’’.

               Artinya  hal  semacam  itu  jangan  ditanyakan.  Artinya  Budha  sendiri  tak
               bisa  menjawab.  Tiada  pula  kita  heran  kalau  ahli  MISTIKA  zaman
               sekarang,  yang  sebesar  kaliber  Mahatma  Gandhi,  kalau  ditanyakan
               apakah ahimsa itu, maka Sang Mahatma memakai cara menjawab yang
               oleh Ahli Logika Yunani dinamai circulo in finiendo, ialah berputar-putar
               tak habis-habisnya, seperti menghesta kain sarung.

               Seperti  Asia  di  jaman  sekarang,  demikianlah  Eropa  di  jaman  tengah
               (tahun  478-1492)  tak  bisa  bercerai  dengan  persoalan  creation,  yakni
               timbulnya  dunia  yang  tak  bisa  dipisahkan  pula  dengan  Deisme,  ialah
               kerohanian. Pada zaman inilah scholastisme bersimaharajalela.

               Tetapi pada masa dan sesudahnya Revolusi Perancis (1789), maka filsafat
               itu tiada lagi dimulai dan diakhiri dengan persoalan timbulnya dunia dan
               ke-Tuhanan.




                                                                                          35
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41