Page 58 - Tan Malaka - MADILOG
P. 58

masyarakat Indonesia pun kita berjumpa dengan “jawaban main tidak” itu
               dalam ilmu gaib.

               Terlampau panjanglah sudah uraian kita tentang definisi. Tetapi definisi
               itu kita anggap sebagai wilayah sains, ilmu pengetahuan. Tak berdefinisi,
               maka semua ilmu tinggal satu onggok bukti saja, seperti seonggok pasir,
               tak  ada  pertalian  masing-masing  pasir.  Baru  kalau  didefinisikan,  yang
               berarti  juga  diorganisir,  disusun,  digenalisir,  baru  segala  bukti  yang
               teronggok tadi jadi sains. Onggokan pasir tadi baru bersatu dan kokoh,
               kalau diikat dengan semen.

               Pasal 2. MATEMATIKA
               ILMU tentang bidang dan bilangan yang kita pakai sekarang pada semua
               sekolah  yang  berdasar  peradaban  barat  ialah  matematika,  yang  disusun
               oleh  Euclides.  Walaupun  aljabar  amat  penting  dalam  semua  ilmu
               pengetahuan,  sekarang  tiadalah  dia  akan  saya  ambil  sebagai  model,
               contoh untuk menjelaskan cara berpikir yang dipakai dalam matematika.
               Barangkali  di  antara  para  pembaca  tentu  ada  seperti  saya  yang  selalu
               diingatkan oleh guru, kalau menjawab perhitungan aritmetika janganlah
               memakai cara aljabar. Peringatan dari guru itu bermakna sekali.

               Memakai jalan aljabar tidak menambah kecerdasan, di masa kita masih
               memanjat tingkat yang pertama sekali dalam matematika. Bisa jadi cara
               berpikir  aljabar  itu  membatasi  otak  kita.  Menjadikan  kita  berpikir
               mekanis, seperti mesin, tiada memakai penyelidikan lebih dahulu.
               Seperti  mesin  berhitung  yang  sekarang  ini  banyak  dipakai  begitulah
               jadinya otak kita. Memindahkan persoalan berhitung aritmetika tadi pada
               persoalan aljabar yang memang memudahkan semua persoalan dan lekas
               mendapatkan  hasil.  Tiadalah  lagi  dipikirkan  jalan,  cara,  metode  mana
               yang dipakai dan cara mana yang pendek dan jitu di antara beberapa cara.
               Yang dipikirkannya ialah lekas mendapat hasil, pendapatan  yang betul,
               result.  Sedangkan  sebetulnya  cara  mendapatkan  hasil  itulah  yang  lebih
               penting dari pada hasil itu sendiri. Begitulah menurut pendapat penulis
               ini.

               Belakang hari di kelas sekolah yang lebih tinggi, penulis juga tiada begitu
               lagi  memperhatikan  hasil  itu.  Kalau  sudah  terlihat  cara  yang  baik  di
               antara dua atau lebih cara, maka sering penulis tiada lagi menyelesaikan
               persoalan itu sampai mendapatkan result dan tidak perdulikan beberapa
               soal  yang  bisa  diselesaikan  dengan  hanya  satu  cara.  Dengan  begitu,






                                                                                          57
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63