Page 24 - Asas-Asas dan Dasar-Dasar Tamasiswa
P. 24
23
melibatkan dirinya. Jelaslah di sini bahwa semboyan tadi adalah semboyan Sistim
“Among” kita.
4. Semboyan: Bibit Bebed Bobot, bermaksud menganjurkan pemilihan yang seksama di
dalam menentukan calon anak menantu. Pilihlah bibit yang sehat, pilihlah bibit yang
berasal dari jenis yang baik, dan pilihlah bibit yang berat (isinya). Semboyan ini
biasanya kita masukkan dalam pengajaran adab dan kebudayaan dalam mana kita
membandingkannya dengan syarat-syarat eungenetik yang di dalam ilmu
pengetahuan dipakai untuk menyehatkan keturunan.
5. Semboyan: Senyari bumi sedumuk batuk den lakoni taker pati, ini juga termasuk
dalam pengajaran adab juga, yaitu mengenai kepentingan lahir dan batin, yang artinya
“dalam perebutan istri dan tanah orang biasanya menyabungkan nyawanya”,
maksudnya perebutan “istri” ialah perebutan “turunan" (dan ini sebenarnya saluran
insting kelanggengan hidup), sedangkan perebutan “senyari tanah” ialah perebutan
“negara” (dan ini melambangkan insting kelangsungan penghidupan atau hidup
jasmaniah).
6. Semboyan: Kita berhamba kepada Sang Anak, (pasal 7 Asas 1922) maksudnya, bahwa
kita dengan ikhlas hati dan terikat oleh ikatan apa pun juga, mendekati sang Anak
untuk mengorbankan diri kepadanya. Jangan si murid untuk si guru, namun
sebaliknya.
7. Semboyan: Lebih baik mati terhormat daripada hidup nista, ini adalah semboyan
pada waktu kita menentang “Undang-Undang sekolah liar” tahun 1932.
8. Semboyan yang diambil dari pelajaran agama: Syari’at tidak dengan Hakikat adalah
kosong; Hakikat tidak dengan Syari’at pasti batal: artinya, “Untuk berhasil tidak
cukup memakai laku batin, namun juga harus mementingkan laku lahir”. Atau
sebaliknya: suci batin dan tertibnya lahir harus berbarengan.
9. Semboyan: Rawe-rase rantas, malang-malang putung, selalu kita anjurkan kepada
anak-anak untuk memperteguh kemauan dan tenaga.
10. Semboyan: Neng-Ning-Nung-Nang, adalah “meneng” atau tenteram diperlukan agar
dapat “ning” atau “wening” atau “jernih”nya fikiran, dan ini pasti akan menimbulkan
“nung” atau “kekuatan batin” yang membawa “nang” atau “wenang” atau “menang”.
11. Semboyan: Dari Natur ke Kultur, dari Kodrat menuju Adab, merupakan asas
pendidikan kita yang bersifat kultural. Kiranya cukup semboyan tersebut di atas.