Page 111 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 111
“Permisi…Arul! Aduh…anak ini…Maaf, pak dokter…”
suara perempuan itu masuk ke ruangan dan memanggil
bocah kecil itu dengan tangannya.
“Gak apa-apa, kok…anda ibunya?” tanya saya sambil
mengelus kepala si bocah.
Perempuan itu membalas dengan anggukan.
“Nama kamu Arul ya?” saya ganti bertanya ke si bocah.
“Dia tidak bisa bicara, pak dokter…” kata si ibu. “Bisu sejak
lahir…”
“Oh…” Saya menatap si bocah lagi.
“Berapa usianya sekarang, Bu?”
“Sebulan lagi dia genap lima tahun, dok,” jawabnya.
“Arul, jadi anak yang baik ya,” kata saya sambil menepuk
pundak bocah itu dan menuntunnya kembali ke ibunya.
Si bocah memegang tangan ibunya, sedangkan tangan
yang satunya lagi memegang bola plastik birunya.
Sebelum berpamitan keluar dari ruangan, bocah itu
melambaikan tangannya kepada saya, seketika saya
balas dengan lambaian dan senyuman.
Disitulah, ya, disitulah saya merasa yakin, bahwa saya
akan melakukan apa saja untuk Rere, adikku. Saya akan
berusaha agar dia sembuh. Harus!
109