Page 205 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 205

“Mungkin lebih cepat lebih baik, pak Subar,” kataku sambil
            berjalan mengikuti pak Subar.

            “Hus! Jadi orang itu kalau masih ada waktu untuk hidup,
            dijalani dengan sebaik-baiknya. Jangan negative thinking
            dulu, Rio!”

            “Tapi itu juga tidak akan mengubah vonis hukuman mati
            dari pengadilan, pak Subar. Aku memang harus siap kalau
            dipanggil sewaktu-waktu,” komentarku.

            “Sudah  hampir  setahun  kamu  di  sini,  sejujurnya  saya
            sedikit sangsi kalau kamu mampu membunuh pengusaha
            itu  dan istrinya, Rio. Saya sudah melihat begitu banyak
            pembunuh  di  penjara  ini,  mengamati  tingkah  laku  serta
            wajah  mereka.  Kamu  tidak  sama  seperti  mereka,”  Kata
            pak Subar.

            “Tapi memang kedua tanganku ini, pak Subar, yang sudah
            mendorong  dia  hingga  jatuh  dari  tangga.  Kepalanya
            terbentur hiasan kuda besi di terali pegangan tangan di
            dasar tangga, dan dengan emosi, aku mengejar tubuhnya
            yang  tergeletak  di  situ.  Aku  meraih  kursi  jati  yang
            kebetulan  berada  di  dekatnya,  lalu  berulang  kali
            menghantamkan  kursi  tersebut  ke  wajah  dan  sekujur
            tubuhnya…”  Perkataanku  terhenti  sejenak,  mengenang
            kejadian mengerikan di malam yang naas itu.

            “Jadi  istrinya  memergoki  kamu,  Rio,  dan  berteriak
            meminta tolong…”


            “Dan  aku  menggunakan  bilah  kayu  jati  dari  kursi  yang
            rusak  itu  untuk  memukuli  kepalanya  juga,  pak  Subar.
                                     203
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210