Page 209 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 209

Tatapanku  fokus  pada  surat  pengantar  dari  pengadilan
            tersebut.  Sedikit  tergesa-gesa  aku  membacanya,  ada
            namaku  disebutkan,  lalu,  deretan  kalimat  selanjutnya
            membuatku terkejut seketika :

            …memberikan  kesempatan  kepada  Nyonya  Sartini,
            selaku ibu kandung dari terpidana mati Rio, untuk dalam
            kondisi yang kami pertimbangkan luar biasa, agar dapat
            menghabiskan waktu selama sepekan (tujuh hari), dalam
            bentuk bebas kunjungan ke penjara…


            “Tidak  mungkin,  pak  Hartono!”  kata  aku  sambil
            meletakkan surat itu di pangkuanku.

            “Aku ini yatim piatu, pak, besar di panti asuhan!”

            “Tapi saya tidak bisa apa-apa, nak Rio. Surat itu adalah
            pengantar  dari  pengadilan.  Lihat,  ditandatangani  oleh
            majelis hakim. Surat di belakangnya yang ditulis tangan
            itu, ikut menyebutkan kalau besok, maksud saya sebentar
            siang,  perempuan  yang  mengaku  sebagai  ibu  kandung
            kamu,  ditemani  oleh  LSM  yang  membantu  menemukan
            jejak kamu, akan datang ke sini.”

            “Jadi aku harus bagaimana, pak Hartono?” tanyaku.

            “Ikuti perintah surat ini. Siapa tahu saja, nak Rio, setelah
            pertemuan  kalian,  itu  akan  berdampak  terhadap
            keputusan eksekusi kamu.”

            “Tapi bagaimana kalau aku ternyata bukan anaknya?”



                                     207
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214