Page 206 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 206

Memukulnya  berulang  kali,  sampai  dia  terkapar  tak
            bernyawa, bersimbah darah. Lalu aku menyeretnya agar
            terbaring tepat di samping mayat suaminya sendiri.”

            “Apa yang sudah mereka lakukan pada kamu, Rio? Apa
            yang  mereka  lakukan  hingga  membuatmu  sanggup
            menghabisi nyawa mereka seperti itu?” tanya pak Subar.

            “Pak Subar kan sudah tahu ceritanya,”

            “Ya,  tapi  biasanya  setelah  di  dalam  penjara,  ketika
            pertanyaan yang sama diulang kembali, setiap narapidana
            baru akan mengatakan kejadian yang sesungguhnya yang
            mereka alami dan rasakan. Penjara ini seolah membuat
            mereka belajar bertutur kata lebih terbuka, Rio, lebih apa
            adanya. Apalagi pengusaha yang kamu bunuh itu bukan
            hanya orang yang cukup berpengaruh di kota ini. Dia juga
            adalah mafia serta tengkulak yang ditakuti!”


            “Tetap  saja  tidak  akan  mengubah  kenyataan  kalau  aku
            seorang pembunuh, pak Subar,” kataku sambil tertunduk.

            “Semoga beruntung, Rio," katanya sambil mempersilakan
            aku masuk ke ruangan kepala sipir.

                                     *

            “Silakan duduk, nak Rio,” kata pak Hartono, kepala sipir.

            Perawakannya  gemuk,  tingginya  sama  dengan  aku,
            kepalanya plontos tanpa sehelai rambut,  licin dan kilap.
            Satu-satunya yang dibanggakan oleh pak Hartono adalah

                                     204
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211