Page 207 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 207

kumis lebat yang menghuni daerah di atas bibirnya, yang
            sekilas  membuatnya  mirip  dengan  tokoh  terkenal  ‘pak
            Raden’.  Bedanya,  pak  Hartono  tidak  mengenakan  baju
            tradisional  Jawa  serta  blangkon.  Ini  adalah  ‘pak  Raden’
            versi botak, dan berseragam sipir penjara.

            “Siap,  pak,”  jawabku  sambil  duduk  di  kursi  yang
            menghadap meja pak Hartono.

            Sambil  menatapku,  dia  mengangkat  dua  buah  amplop
            dokumen di tangan kanannya.

            “Ada dua amplop kejutan dialamatkan kepada kamu, yang
            saya terima tengah malam tadi dari pengadilan, Rio. Itulah
            mengapa  saya  harus  memanggil  kamu  sekarang  juga,”
            kata pak Hartono.

            “Siap, pak,” jawabku dengan perlahan.

            Dua  buah  amplop,  kataku  dalam  hati.  This  is  the  end,
            kataku lagi, sambil bersiap diri untuk mendengar kata-kata
            selanjutnya dari pak Hartono.

            “Sebagai kepala sipir di penjara ini, saya harus sampaikan
            terlebih  dahulu  kalau  hampir  semua  orang  di  sini,
            menganggap kamu sebagai pribadi yang baik dan santun,
            nak Rio,” kata pak Hartono sambil perlahan mengeluarkan
            lembaran  kertas  dari  kedua  amplop  tersebut,  satu  per
            satu.

            Aku hanya menundukkan kepala. Lidahku kelu, tidak tahu
            harus  berkata  apa.  Pak  Hartono  membaca  kata-kata  di
            lembaran kertas tersebut. Alis kanannya terangkat, seolah
                                     205
   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212