Page 141 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 141
Pemikiran Agraria Bulaksumur
watiran Malthus lebih dari 1,5 abad yang lalu seolah menjadi
kenyataan: pada periode tertentu pertambahan penduduk mele-
bihi pertambahan produksi pangan dan terjadi bahaya kelaparan
pada musim paceklik, walaupun teknologi senantiasa bertambah
maju dan pemakaian kontrasepsi bertambah luas. 48
Kebutuhan akan pangan mau tidak mau harus diupayakan
semaksimal mungkin. Faktor utama produksi pangan adalah
tanah, maka harus dilakukan intensifikasi produksi tanah berupa
pangan dengan melakukan intervensi teknologi. Di akhir tahun
60-an, revolusi hijau dipandang membawa harapan baru. Brown
dan Eckholm, sebagaimana dikutip Masri, mengungkapkan
penilaianya terhadap revolusi hijau; “revolusi hijau itu bukanlah
pemecahan masalah pangan, lebih tepat kalau dikatakan suatu
alat untuk mengulur waktu—barangkali untuk 15 tahun—dan
memberi jalan kepada kita untuk mengurangi laju pertambahan
penduduk”. 49
Masri melihat bahwa di Indonesia masalah pertumbuhan
penduduk sudah mengkhawatirkan. Ia mengutip Dr. Sutami untuk
menunjukkan hal ini, menurut Sutami; “pulau Jawa dengan
keadaan geografi dan tingkat pertumbuhan ekonomi seperti seka-
rang ini, sebaiknya dihuni oleh penduduk sejumlah 60-70 juta or-
ang, sehingga dapat dilakukan konsilidasi wilayah yang lebih baik”.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Sumitro, “dengan kepadatan
penduduk rata-rata di atas 1000 jiwa/km pada tahun 2001, pulau
Jawa akan menjadi seperti “pulau kota” waktu itu nanti. 50
48 “Kata Pengantar Masri Singarimbun,” dalam Paul R. Ehrlich, Ledakan
Penduduk (Jakarta: Gramedia, 1981), hlm. VII-VIII.
49 “Kata Pengantar Masri Singarimbun,” dalam Paul R. Ehrlich, Op.cit.,
hlm. IX.
50 Ibid., hlm. X.
122