Page 166 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 166
Pemikiran Masri Singarimbun
guhkan suatu korelasi positif antara kepadatan penduduk di satu
sisi dan persoalan pangan di sisi lain. 85
Pada tahun 2005, hampir 10 tahun setelah Masri meninggal
persoalan malnutrisi masih juga terjadi di Indonesia, NTB. Tetapi
apakah hal itu terkait dengan membengkaknya jumlah penduduk
Indonesia atau disebabkan oleh kemiskinan yang kronis, dan/
atau masalah manajemen pengelolaan pemerintahan dan penye-
diaan pangan nasional yang kurang merata masih perlu diselidiki.
Hanya saja jika hal ini dikaitkan dengan keberhasilan program
pengendalian jumlah penduduk yang dikatakan berhasil tampak-
nya kasus busung lapar tersebut justru mematahkan asumsi
bahwa persoalan kekurangan gizi atau pangan dapat ditanggu-
langi salah satunya dengan program keluarga berencana. Banyak
pihak yang menilai bahwa program pengendalian ledakan
penduduk hampir 10 tahun terakhir ini terabaikan. Akibatnya,
tingkat kesuburan (total fertility rate/TFR) yang turun begitu pesat
dari 5,61 tahun 1971 menjadi 2,78 tahun 1997, berhenti pada angka
2,60 sejak tahun 2002 sampai 2007. Artinya, rata-rata perempuan
usia subur di Indonesia memiliki 2,6 anak. Ditambah persentase
peserta Keluarga Berencana yang juga nyaris tak berubah 60
persen (2002) dan 61 persen (2007). 86
Kondisi kelebihan penduduk tersebut juga memunculkan
persoalan kemiskinan yang mengganggu proses-proses sosial.
Jumlah orang dengan status sosial dan ekonomi rendah mening-
kat dan bersamaan dengan itu meningkat pula jumlah orang yang
85 Masri Singarimbun, “Some Concequnces of Population Growth in
Java,” Op.cit., p. 5-8.
86 Agnes Aristiarini, “Mereposisi Keluarga Berencan”, Kompas, 16 April
2009.
147