Page 169 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 169
Pemikiran Agraria Bulaksumur
89
buruh tani. Di Jawa jumlah buruh tani yang tidak memiliki tanah
sama sekali cukup besar 28,1 pCt, dan yang memiliki 500-2000
meter jumlahnya 47,2 pCt. Sehingga bila dijumlahkan maka or-
ang mempunyai tanah sebesar kurang dari 1/5 ha sekitar 75,3
pCt. Sedangkan yang punya tanah 1 ha jumlahnya hanya 24 pCt.
Tanah di Jawa jumlahnya sudah sangat terbatas, dan kalau pun
dibagi-bagi rata tetap tidak mencukupi. Bagi Masri hal ini tidak
berarti bahwa tidak perlu land reform tetapi tidak cukup jika jalan
keluarnya hanya land reform tanpa dibarengai dengan penanganan
bidang-bidang lainnya, seperti menciptakan kesempatan kerja
yang luas, pemerataan pendapatan, perbaikan infrastruktur
daerah tertinggal dan keluarga berencana dengan dua anak
cukup. 90
Persoalan ini selanjutnya membawa dampak meningkatnya
laju urbanisasi. Masri mencatat bahwa persoalan urbanisasi di
Asia memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertumbuhan
urbanisasi umumnya tidak disebabkan oleh faktor penarik, seperti
tersedianya lapangan kerja, tetapi lebih disebabkan faktor pendo-
rong berupa pengangguran dan kemiskinan, dan seringkali oleh
ketiadaan jaminan keamanan fisik. Pikiran ini juga tampak ketika
ia membahas masalah gelandangan yang semakin banyak pada
dekade 80-an. Masri melihat banyaknya gelandangan di kota-
kota besar adalah akibat dari ledakan penduduk. Umumnya
mereka berasal dari desa-desa sehubungan dengan makin men-
ciutnya pemilikan tanah, banyaknya buruh tani, dan sulitnya
89 Masri Singarimbun, “Kurangnya Kesempatan Kerja Menarik Orang
Bekerja Sebagai Buruh Tani”, Sinar Harapan, Selasa, 7 Juli 1981.
90 Masri Singarimbun, “Kurangnya Kesempatan Kerja Menarik Orang
Bekerja Sebagai Buruh Tani”, Op.cit.
150