Page 313 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 313
Pemikiran Agraria Bulaksumur
Mubyarto mengenai soal beras itu sebenarnya tersimpan sebuah
persoalan yang sangat mendasar, baik dilihat dari kacamata prak-
sis maupun teoritis.
Pemisahan analisis makro dari mikro-ekonomi ini, lebih dari
yang mungkin dibayangkan, hampir merupakan sebentuk
“politik apartheid” di level teoritis bagi sektor agraris, terutama
yang digerakan oleh tenaga rakyat. Jika sektor ekonomi modern
bisa menggunakan semua argumentasi teoritis untuk membela
posisinya, baik itu menggunakan analisis makro maupun mikro-
ekonomi (sekalipun argumennya itu tidak selalu bersifat konsisten
dan koheren), maka sektor agraris hanya boleh bekerja di bawah
satu kerangka teoritis saja: “ia adalah hamba bagi sektor ekonomi
modern”. Secara sederhana kurang lebih itulah gambaran dari,
misalnya, kebijakan politik pangan yang dipakai oleh pemerintah
selama ini. Dengan hanya mendudukan para petani sebagai net-
consumer, maka dengan kata lain mereka sebenarnya hanya dipo-
sosikan sebagai pelayan dari pasar kebutuhan pangan nasional,
yang ironisnya kebutuhan pangan mereka sendiri kemudian
sangat tergantung pada belas kasihan pemerintah. Oleh karena
itu, analisis simultan yang diperkenalkan Mubyarto secara teoritis
pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan bagi “politik apart-
heid” tadi. Melalui kerangka analisis tersebut, posisi lemah yang
selama ini disandang petani bisa cukup teradvokasi.
Jadi, secara sederhana bisa dikatakan bahwa sumbangan
terbesar Mubyarto bagi studi agraria di Indonesia adalah bahwa
ia sepanjang karirnya telah berhasil membangun dasar-dasar
teoritis dan paradigmatis bagi sebuah bangun ilmu ekonomi yang
bersifat mengadvokasi sektor agraris, selain—tentu saja—meng-
advokasi perekonomian rakyat. Di tengah perkembangan ilmu
ekonomi mainstream yang makin abstrak dan jauh dari perike-
294