Page 314 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 314

Mubyarto dan Ilmu Ekonomi yang Membumi
               hidupan riil mayoritas masyarakat Indonesia, apa yang dibangun
               dan dikerjakan Mubyarto telah memberikan ruang bagi tetap
               hadirnya pemikiran ekonomi yang membumi. Tanpa pemikiran
               ekonomi yang membumi sebagaimana yang dibangun oleh
               Mubyarto, kajian agraria di Indonesia tidak akan pernah (atau
               sulit untuk) bisa segera menjejak wilayah operasional, karena
               pertama-tama ia harus menaklukan pemikiran ekonomi main-
               stream yang tidak menghendakinya. Pengalaman reforma agraria
               yang dilakukan pada dekade 1960-an kiranya cukup memberikan
               pelajaran, bahwa setelah literatur-literatur kiri diberangus dan
               dianggap sebagai barang terlarang pasca-1965, secara keilmuan
                                                161
               kajian agraria mengalami kemandekan.  Tanpa kehadiran teori
               ekonomi yang secara inheren mendukungnya, studi agraria akan
               kesulitan mengukuhkan argumentasi bagi eksistensinya.
                   Jika kita menengok kembali sejarah perkembangan ilmu
               ekonomi, apa yang hendak dibangun oleh Mubyarto memiliki
               banyak kemiripan dengan apa yang dilakukan oleh Kaum
               Fisiokrat di Perancis pada abad ke-18. Pemikiran Kaum Fisiokrat
               lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap paham Merkantilisme.
               Istilah fisokrasi, yang berasal dari bahasa Yunani physia, yang
               artinya alam, dan cratein, atau kratos, yang berarti kekuasaan,
               sehingga secara literer bermakna “supremasi alam”, atau “hukum
               alam” (believers in the rule of nature). Berbeda dengan kaum Merkan-
               tilis yang menganggap sumber kekayaan suatu negara adalah
               perdagangan luar negeri, kaum Fisiokrat menganggap bahwa
               sumber kekayaan alam yang senyatanya adalah alam itu sendiri,



                   161  Tri Chandra Aprianto, Tafsir(an) Land Reform dalam Alur Sejarah In-
               donesia: Tinjauan Kritis atas Tafsir(an) yang Ada (Yogyakarta: KARSA, 2006),
               hal. 103-08.

                                                                  295
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319