Page 69 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 69
Pemikiran Agraria Bulaksumur
lokal”, baik yang berkenaan dengan sistem hukum, sosial, budaya,
ekologi, pengelolaan dan penguasaan atas sumber daya, pe-
nanganan konflik, dan sebagainya. Maka strategi mengatasna-
makan “masyarakat adat” di atas identitas “masyarakat tani” itu
tidaklah semata-mata tuntutan atas tanah, namun tuntutan atas
35
keberlangsungan kehidupan budaya mereka. Dalam bingkai ini,
sekaligus adalah tuntutan hak atas kewarganegaraan mereka
dalam bangun Keindonesiaan.
Argumen mengenai kearifan lokal juga harus dilihat secara
jeli. Apa yang disebut “kearifan” itu seringkali semula merupakan
“living tradition”, sesuatu yang dipraktikkan bersama, namun
dapat berubah tatkala dikodifikasi, ditunjuk, dan dirujuk. Dalam
kodifikasi itu terdapat proses-proses, konteks, kuasa, persaingan
berbagai kepentingan yang melingkupinya. Berbagai varian juga
ada di dalamnya. Maka artikulasi baru dalam gerakan sosial itu
juga harus memahami problem internal tersebut, sembari terus
mengembangkan alat pengenal proses-proses pemusatan keku-
asan, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, ilmu penge-
tahuan, ideologi, dan bahasa, yang mengakibatkan terjadinya
marjinalisasi masyarakat adat, baik antar diri sendiri maupun
dari luar. Hal-hal semacam di atas berada di luar jangkau kajian
Sartono Kartodirdjo. Pasca otoritarianisme (rezim Orde Baru) cara
melihat masyarakat adat versus sentralisme (hukum) nasional,
dan kekuatan ekonomi-politik kapitalisme global ataupun lokal,
menjadi mungkin dilakukan. Beberapa generasi muda mulai
bermunculan dalam kajian tersebut. 36
35 Noer Fauzi, 2005, op.cit., hlm. 62
36 Selain yang telah disebut di atas, beberapa kajian mereka dapat dilihat
dalam publikasi berikut, Jamie S. Davidson, David Henley, dan Sandra Moniaga,
50