Page 64 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 64
Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
masih feodal, dan sistem kepercayaan yang masih berakar pada
28
magi. Hal-hal inilah yang dinilai sebagai penghambat pem-
bangunan. Dalam kondisi semacam itu maka diperlukan tekno-
logi yang berwajah manusiawi disertai perubahan kelembagaan,
serta yang paling penting adalah, perubahan perilaku dan sikap.
Hal terakhir inilah yang dianggap sebagai faktor penentu.
Berhentinya pada tataran rekonstruksi dan bukan proses
emansipasi itulah yang cukup menjelaskan mengapa dunia Sarto-
no tidak cukup dekat dengan dunia gerakan pada tahun-tahun
1980-an dan seterusnya. Padahal kajian utamanya tentang gerakan
dan protes sosial. Cukup aneh juga ia tidak ambil bagian dalam
dinamika kontemporer mengenai gerakan sosial dan isu-isu
29
ketidakadilan yang terjadi pada masyarakat tani Indonesia. Hal
ini barangkali juga karena karakter pribadi Sartono yang cende-
rung lebih bergaya akademis murni. Kenyataan semacam itu
berbeda sekali dengan generasi-generasi sesudahnya seperti
Mubyarto dan Loekman Soetrisno tatkala menggantikan Sartono
memimpin lembaga Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM.
Sartono benar-benar hidup dalam dunia soliter ilmuwan yang
penuh asketisme dan jauh dari hingar bingar gerakan. Ia mem-
praktikkan perspektif keagenan dan faktor kemimpinan itu,
sebagaimana uraian di atas. Baginya, untuk melawan kekuasaan
adalah dengan cara menjaga jarak terhadapnya, bahkan tidak
setuju terhadap rezimnya, melalui sikap pribadi asketisnya terse-
but, dan bukan melalui gerakan sosial, misalnya.
Selain di atas, tipologi sartono tentang gerakan anti peng-
hisapan (enti-exortion), harapan akan lahirnya zaman baru (mille-
niarisme), melalui datangnya ratu adil (messianism), kebangkitan
28 Sartono Kartodirdjo, 1987, ibd, hlm. 75-76.
45