Page 51 - pengadaan tanah CNVRT.cdr
P. 51

2013).  Dalam  kajian  yang  dilakukan  M.  Tauchid  (2009)
          disebutkan  bahwa penghasilan  Negeri  Belanda  pada masa
          itu  sebesar  15  %  berasal  dari  keuntungan  yang  didapatkan
          dari Indonesia.  Angka  15  % ini  tentunya cukup fantastis
          karena di masa itu pemerintah Hindia-Belanda menjadi salah
          satu  negara  yang  berkuasa  dan  memiliki  pengaruh cukup
          kuat  karena kekayaannya. Penjajah  Belanda  sejak  awal
          kedatangannya  sudah  memetakan  bahwa  Indonesia  dengan
          tanah  subur serta  sumber daya alam melimpah merupakan
          pundi-pundi  kekayaan.  Sehingga  pemberlakuan  sistem/azas
          domain verkklaring  ini sudah jauh direncanakan sebagai ide/
                             4
          modus dari kaum kapitalis Belanda agar memudahkan proses
          untuk mendapatkan erfpacht dan opstal. Kedua hak tersebut
          tentu semakin memperlancar dan memudahkan Belanda untuk
          melakukan ekspansi penguasaan atas tanah, dimana dengan
          hak erfpacht merupakan hak guna usaha atau hak kebendaan
          untuk  menikmati  kegunaan/pemanfaatan  tanah  sementara
          yang dimaksud hak  opstal  merupakan hak  kebendaan  untuk
          mempunyai gedung bangunan atau tanaman.

             Kategorisasi kondisi tanah di masa ini sebagaimana kajian
          Sutendi (2007, 1) dibagi menjadi 2 kategori status tanah negara
          terkait  azas  domain verklaring, yaitu  Pertama,  domain atas



          4  Suatu  azas  yang  menyatakan  bahwa  semua  tanah  yang  tidak  dapat  dibuktikan  siapa
            pemiliknya  adalah  menjadi  tanah  Negara,  sehingga  pemerintah  dapat  menyewakan
            tanah-tanah  tersebut  kepada  Perusahaan  Onderneming.  (Lihat  Pasal  1  Agrarische
            Besluit/ Koninklijk Besluit  Stb. 1870 Nomor 118.) Fungsi Azas Domain Verklaring, ini
            oleh  Pemerintah  Kolonial  Belanda:  Pertama,  dijadikan  landasan  hukum    (yang  dalam
            hal ini)  mewakili Negara sebagai Pemilik Tanah, untuk selanjutnya memberikan tanah-
            tanah negara yang tunduk pada Hukum Barat (Burgerlijke Wet Boek/KUH Perdata Barat:
            Pasal 570, 572, dstnya…) seperti halnya Recht van Erfpacht (RvErfp), Recht van Opstal
            (RvO), Recht van Gebruicht (RvG) kepada Perseorangan dan Badan Hukum Swasta/Privat;
            Kedua, sebagai alat pembuktian kepemilikannya.



         22   Pengadaan Tanah di Indonesia dan Beberapa Negara dari Masa ke Masa
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56