Page 58 - pengadaan tanah CNVRT.cdr
P. 58

Pada Jaman Pemerintahan Hindia Belanda:

           a.  bagi mereka yang tunduk pada Hukum Barat (KUHPerdata)/
               Burgerlijke Wet (BW) dengan Recht van Eigendom (RvEg)
               administrasinya  dilakukan  oleh  Jawatan  Pajak  dan
               penyelenggaraan Pendaftaran Tanahnya dilaksanakan oleh
               Pejabat Balik Nama (Overschrrijving Ambtenaar), RVEg di
               Daerah  Perkotaan  dikenakan  kewajiban  membayar Pajak
               (namanya Verponding Eropa);

           b.  pemegang  RvE., di  luar  Daerah  Perkotaan  dikenakan
               Landrente  atau  Pajak  Bumi (Pethuk, Pipil,  Girik, dll).
               Sebagai Contoh untuk Bali, Lombok, Sulawesi, Hulu Sungai
               di Kalimantan dan Bima, Dompu, Anggar serta Sumbawa
               berdasarkan  Stadblaad  1923  Nomor  425,  dan Stadblaad
               Tahun  1931  Nomor 168).  Sementara  dikenakan  kepada
               pemegang  Rv  E., di  Pulau  Jawa  dan  Madura  berlaku
               Staatblad. 1927 Nomor 163, Jo. 1931 Nomor 168).
               Kemudian untuk pemegang RvEg., yang berstatus Pribumi
           yang  tunduk pada Hukum Adat sebagai  Penduduk Asli
           mempunyai RvEg di daerah Perkotaan dikenakan Pajak dengan
           bukti Verponding Indonesia, sedangkan untuk Penduduk yang
           termasuk  dalam  Golongan  Eropa yang  tunduk  pada  Hukum
           Perdata Barat/BW dikenakan Pajak dengan bukti Verponding
           Eropa.

               Bambang  Eko Supriyadi (2014,  152-153)  dalam  Boedi
           Harsono (202, 84) menyebutkan bahwa Sampai dengan tahun
           1961, ada tiga macam pungutan pajak tanah, yaitu:

           a.  bagi tanah-tanah dengan hak barat;
           b.  bagi tanah-tanah hak adat yang berada di wilayah gemeente
               (kota): verponding Indonesia; dan



                                     Perkembangan Pengadaan Tanah di Indonesia  29
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63