Page 195 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 195

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA


                   suatu ketika, yang mereka seperti kita sekarang dapat mengadakan
                   suatu pesta yang serupa? Atau apakah kita menyangka, bahwa kita
                   dengan  politik  kita  yang  lama  terus-menerus  menindas  semangat
                   yang  hidup  sudah  membunuh  segala  perasaan  kemanusiaan  dalam
                   jiwa bumputera? Kalau begitu kita akan menipu diri sendiri, karena
                   bangsa-bangsa yang sebiadab-biadabnya pun menyumpahi tiap-tiap
                   bentuk  penjajahan.  Apabila  saya  seorang  Belanda,  saya  tidak  akan
                   mengadakan pesta kemerdekaan dalam suatu negeri sedangkan kita
                   menahan kemerdekaan bangsanya.
                       Sejalan  dengan  pendapat  ini  bukan  saja  tidak  adil  melainkan
                   juga tidak pantas apabila bumiputra disuruh menyumbangkan uang
                   untuk  keperluan  dana  pesta  itu.  Sudahlah  mereka  dihina  dengan
                   maksud  mengadakan  perayaan  kemerdekaan  Nederland  itu,
                   sekarang dompet mereka dikosongkan pula. Itulah suatu penghinaan
                   moril dan pemerasan uang!
                       Apakah yang akan dicapai dengan pesta perayaan itu disini, di
                   Hindia?  Apabila  itu  maksudnya  menyatakan  kegembiraan  nasional
                   maka  tidak  bijaksana  perayaan  itu  diadakan  disini,  di  negeri  yang
                   terjajah. Orang akan menyakiti hati rakyatnya. Atau apakah dengan
                   itu  maksudnya  mempertunjukkan  kebesaran  dalam  arti  politik?
                   Terutama  dalam  masa  sekarang  ini,  masa  bangsa  Hindia  sedang
                   membentuk  diri  sendiri  dan  masih  berada  pada  permulaan  bangun
                   tidur, adalah suatu kesalahan sikap memberi contoh kepada bangsa
                   itu, bagaimana kiranya ia harus merayakan kemerdekaannya. Orang
                   menusuk dengan cara begitu hawa nafsunya, dengan tidak sengaja
                   dibangunkan    perasaan   kemerdekaannya,    harapannya   akan
                   kemerdekaan  yang  akan  datang  dengan  tidak  sengaja  disorakkan
                   kepada  bangsa  itu:  “Kau  manusia  lihatlah  betapa  kami  merayakan
                   kemerdekaan  kami;  cintailah  kemerdekaan,  karena  senang  sekali
                   perasaan  menjadi  suatu  bangsa  yang  merdeka,  bebas  dari  segala
                   penjajahan.”

                       Apabila  bulan  November  tahun  ini  telah  lewat,  kaum  penjajah
                   Belanda  telah  membuat  suatu  percobaan  politik  yang  berbahaya.
                   Resiko ada pada mereka. Saya tak mau memikul tanggung jawab itu,
                   sekalipun saya seorang Belanda.






                                                                                 183
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200