Page 199 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 199
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
(atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, Douwes
Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya
mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913).
Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar aktif dalam organisasi
para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan
Hindia). Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum
pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh
Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak
menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang
didirikannya.
Dalam studinya ini Ki Hajar terpikat pada ide-ide sejumlah
tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta
pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore.
Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Setelah selesai mendalami ilmu pendidikan dan meraih akta
guru Eropa, Ki Hajar membelokkan arah perjuangannya ke bidang
pendidikan. Setelah cukup menimba ilmu sebagai guru di Adhi
Dharmo yang didirikan oleh kakaknya, RM Soerjopranoto, saat
berusia 33 tahun, ia mendirikan sekolahnya sendiri pada 3 Juli 1922.
Perguruan yang dirintisnya tersebut dikenal dengan nama Perguruan
22
Nasional Taman Siswa (Ondrwijs Instituut Taman Siswa).
3.5. Cita-Cita Pendidikan Ki Hajar
Dalam pandangan Ki Hajar, pendidikan (termasuk pengajaran)
bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan
anak cucu bangsa supaya dapat berkembang baik lahir maupun batin.
Untuk itu, manusia-individu harus dikembangkan jiwa raganya
dengan mempergunakan semua alat pendidikan yang berdasarkan
adat Istiadat.
Pendidikan nasional bagi Ki Hajar adalah suatu sistem
pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan kita sendiri dan
187