Page 33 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 33

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                menjadi  ukuran  tetapi  hasrat ideal untuk membawa bangsa ke
                pantai harapan yang diidamkan.

                       Begitulah setelah mempelajari pengalaman yang telah dilalui
                bangsa  dan  tidak  pula  jarang  ditambah  dengan  pengetahuan  yang
                didapat  dari  pengalaman  bangsa  asing—para  pemikir  bangsa  ini
                “membuat  skenario”  menuju  masa  depan  yang  dicita-citakan
                bersama.  Berbagai  corak  dan  ragam  peristiwa  telah  dilalui  bangsa,
                baik  oleh  mereka  yang  tinggal  ”di  sana”,  maupun  yang    dilahirkan
                dan  dibesarkan  “di  sini”.  Ada  “tragedi”  yang  terjadi  di    saat
                perjuangan  untuk  menuju  masa  depan  cerah  sedang  dijalankan.
                Tetapi bukankah terjadi juga “komedi” yang memperlihatkan betapa
                kenaifan  ketika  jembatan  menuju  masa  depan  yang  cerah  sedang
                dilalui?

                       Sebagai  buku  yang  berkisah  tentang  dinamika  dan  bahkan
                juga  gejolak  dari  arus  pemikiran  anak  bangsa  buku  ini  mengambil
                empat  masalah  yang  strategis  dalam  usaha  merumuskan  dan
                memperjuangkan  corak  “karakter  bangsa”  yang  ideal.  Masalah  itu
                ialah   “demokrasi”,    “kebudayaan”,      “pendidikan”,    serta   “
                pembangunan dan kesejahteraan sosial”. Setiap masalah “dijawab”
                oleh  tiga  orang  pemikir,  yang  praktis  mewakili  latar  belakang
                pendidikan  bahkan  pengalaman  kultural  yang  boleh  dikatakan
                berbeda-beda.  Perbedaan  pertama  ialah  biografis  –  tiga  tokoh
                pemikir—Abdul  Rivai,  Tjokroaminoto  dan  Sutomo—telah  meninggal
                dunia  ketika  Indonesia  memproklamasikan  kemerdekaan  dan
                berbagai  corak  dinamika  dalam  kehidupan  kemasyarakatan
                mengalami  goncangan  yang  drastis  juga.  Kesamaan  mereka  yang
                lain—ketiganya  dikenal  juga  sebagai  pemimpin  pergerakan
                kebangsaan,  meskipun  dikenal  dengan  gaya  dan  bahkan  ideologi
                politik  yang  berbeda-beda.  Kedua,  tiga  tokoh  pemikir  lain—
                Soedjatmoko,  Widjojo  Nitisastro  dan  Mubyarto—bukan  saja  hidup
                sezaman  tetapi  juga  sama-sama  terlibat dalam  suasana perdebatan
                intelektual  tentang  strategi  pembangunan  nasional  ketika  regim
                Demokrasi  Terpimpin  telah  berakhir  dan  Orde  Baru  telah  mulai
                mengayunkan langkah ke periode sejarah bangsa yang  sempat




                                                                                   2
                                                                                   1
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38