Page 100 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 100

berusaha untuk  menutupi semua yang telah terjadi. Tidak ada lagi sikap
        manis  dan  lembut,  tidak  ada  lagi  kasih  sayang  dan  perhatian  apalagi
        waktu luang untuk mengajak Galuh bermain. Hampir setiap hari Satrio
        pulang malam dengan alasan lembur dan rapat di kantor. Bahkan di hari
        Sabtu dan Minggu yang biasanya libur, tetap pergi keluar dengan alasan
        rapat.  Setiap  kali  Sekar  mempertanyakan  kebiasaan  barunya,  selalu
        dijawab dengan  kalimat kasar yang mengatakan itu bukan urusan Sekar.
        Bukan hanya sekali Satrio menyakiti hatinya dengan berpaling kepada
        perempuan lain. Saat usia pernikahan mereka berjalan satu tahun dan
        Sekar  sedang  hamil  muda,  Satrio  pernah  mengkhianatinya  dengan
        menjalin hubungan dengan teman lamanya. Beruntung saat Galuh lahir,
        Satrio tersadar dan mengakhiri  hubungan terlarang tersebut.

               “A-YO, PU-LANG,” perlahan Galuh  mengeja kalimatnya dengan
        susah  payah.  Galuh  menarik  tangan  Sekar  dengan  sangat  lembut
        sambil melihat gerak bibir ibunya. Menunggu jawaban.  Sekar  berdiri,
        memberikan  senyum  lebar  kepada  anaknya.  Untuk  terakhir  kalinya
        matanya  memandang kursi di sudut  taman. Sejauh apapun    seekor
        burung itu  terbang,  suatu saat  pasti  akan kembali ke sarangnya. Saat
        lelah dan butuh  ranting untuk hinggap,  hati ini selalu siap menanti. Tidak
        akan pernah ada yang akan mengisi sosok yang telah hilang ini, karena
        hanya kau yang bisa menempatinya. Batin Sekar penuh kenyakinan.***
        (19/8/14)





















        100                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105