Page 98 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 98
Kursi di Sudut Taman
Senja mulai menyapa. Semburat warna merah kekuningan
perlahan semakin melebar. Matahari mulai turun, menghilang dan
meninggalkan sinar kuning yang perlahan mulai meredup. Satu persatu
pengunjung mulai meninggalkan taman. Beberapa ibu muda yang tadi
duduk ditaman sambil mengasuh anaknya mulai melambaikan tangan.
Saat kaki-kaki mungil mendekat, si ibu merengkuh anaknya dan mengajak
berlalu. Tiga remaja putri yang dari tadi duduk sambil berbincang dan
sesekali foto bersama, segera membereskan tas, sepatu dan ponsel.
Mereka bergegas.
Sepi. Tinggallah Sekar menatap Galuh yang asyik bermain
ayunan. Putri cantik berumur lima tahun itu tidak terpengaruh dengan
semua orang yang meninggalkan taman. Matanya menatap acuh anak-
anak yang menyongsong ibu mereka dan berlalu. Ada atau tidak ada
teman, bagi Galuh tidak ada bedanya. Semua tampak biasa saja. Sepi.
Sekar menutup mata dengan tangan kanannya saat angin
menerbangkan debu. Beberapa butir debu sempat masuk ke mata kiri,
dibersihkan dengan tisu yang selalu ada di saku bajunya. Pandangan
matanya menatap Galuh tanpa berkedip. Ada rasa ngilu merayapi hatinya
saat melihat betapa asyiknya Galuh bermain sendirian. Lingkungan
sekitar tidak cukup berarti apa-apa baginya. Dia terlalu asyik dengan
dunianya sendiri. Sekar memberikan isyarat Galuh untuk mendekat saat
putri kecilnya itu melihat ke arahnya. Lambaian tangan Sekar membuat
Galuh mendekat. Dengan nafas memburu, Galuh meraih botol minuman
berisi air putih yang langsung diteguk sampai hampir habis. Galuh
mengangguk puas dan tersipu malu saat menyadari telah diperhatikan
ibunya. Tangan Galuh memberikan isyarat minta maaf karena tergesa-
gesa minum. Sekar membelai rambut Galuh sambil mengangguk.
Sekar termangu saat Galuh berlari menjauh dan tak lama
kemudian asyik perosotan. Tak segaja, pandangan mata Sekar terpaku
98 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com

