Page 99 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 99

pada kursi besi  kokoh di sudut taman. Kursi dengan hiasan kepala angsa
        di pinggirnya itu  mampu menghadirkan kembali kenangan masa lalu.
        Mata Sekar tak berkedip. Dulu, sebelum Sekar menikah dengan Satrio,
        mereka sering menghabiskan malam Minggu di sudut taman ini, di kursi
        kepala angsa. Semua cita-cita merenda hidup bersama terucap di taman
        ini juga. Saat mereka menikah, kebiasaan menghabiskan waktu berdua
        masih terus dilakukan. Sampai suatu saat waktu telah merubah Satrio,
        tidak seperti yang pernah dia kenal.
               Sekar menyusut cairan bening yang jatuh di kelopak matanya.
        Kenangan setahun yang lalu kembali hadir menyisakan perih yang tidak
        mampu terhapus oleh waktu.

               Sekar  tak mampu  berkata apa-apa  saat suaminya dengan
        kasar  menutup pintu kamar.  Sekar hanya mampu mengelus dada dan
        menahan tangis. Sudah tidak terhitung lagi  air mata Sekar tumpah di
        pipinya yang tirus.  Satrio, berubah sikap sejak tiga bulan belakangan.
        Dulu dia sangat lembut, santun, sayang, memanjakan Sekar dan Galuh,
        anak semata wayang mereka.  Meskipun  capek bekerja tetapi  Satrio
        masih  menyempatkan  diri  mengajak  Galuh  bermain.  Bahkan  setelah
        Galuh tertidur pulas, biasanya Satrio menemani Sekar melihat televisi
        sambil bertukar cerita kegiatan seharian itu. Saat seperti itulah semua
        capek yang dirasakan Sekar tuntaslah sudah. Pekerjaan rumah tangga
        sampai mengasuh Sekar yang terlahir dengan keterbatasan, tidak terasa
        lagi. Semua hilang saat melihat kasih sayang suaminya yang begitu tulus
        kepada dirinya. Sekar selalu bersyukur dan merasa menjadi wanita yang
        paling beruntung karena mempunyai suami yang sayang, perhatian dan
        mencintai keluarga.
               Tetapi,  sejak ada  teman kerja baru  di  kantor, seorang wanita,
        perlahan tetapi pasti ada yang mulai berubah dengan sikap suaminya.
        Meskipun  awalnya  selalu  ditutupi  tetapi  lama  kelamaan  Satrio  tidak
        kuasa lagi menahan perubahan dirinya. Sekitar enam bulan kemudian,
        Satrio  berubah  seratus  delapanpuluh  derajat.  Satrio  tidak  mau  lagi




        Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com      99
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104