Page 102 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 102
berusaha bersikap ramah.
“Hem, galak amat sih. Lagi gapain?” tanpa menunggu jawaban
matanya mencuri pandang isi kamar lewat pintu yang terbuka setengah.
“Aku lagi sibuk. Ma’af,” tubuh Gadis tertahan saat sebuah tangan
menahan pintu kamarnya.
“Ntar dulu, aku mau bicara. Boleh dikamar, ya?”
“STOP! Bukan muhrim.” Jawab Gadis lantang. Matanya menatap
tajam laki-laki dihadapannya yang mengumbar senyum kurangajar.
Meskipun Gadis bukan perempuan alim tetapi dia tidak suka ada laki-
laki yang bersikap kurangajar.
“Halah, gitu saja kok dilarang. Sudah biasa di kost kita saling
masuk kamar. “Katanya kurang ajar sambil memandang tubuh Gadis
dengan tatapan mata seolah ingin menelan tubuh Gadis. Dengan muka
merah, Gadis mendorong tetangga kamarnya dan menutup pintu
dengan cepat. Tanpa sempat menghindar, laki-laki itu terdorong saat
pintu tertutup. Gadis hanya mendengar sumpah serapah dari mulut laki-
laki itu sebelum menyeret kakinya menjauh dari kamar.
**
Semalaman Gadis tidak bisa memincingkan mata sedikitpun.
Pengalaman tadi sore di depan kamar bukanlah pengalaman pertama.
Beberapakali Gadis pernah mendapatkan perlakukan kurangajar dari
laki-laki. Dari sekedar siulan, tatapan mata yang seolah menelanjangi
pakaiannya sampai kata-kata godaan. Hampir semua laki-laki normal
akan menelan ludah melihha kecantikan dan kemolekannya. Dengan
kulit putih bersih dan tinggi yang proporsional gadis tak ubahnya seperti
model. Ditambah wajah yang cantik dan hidung mancung membuat
hidung laki-laki kembangkempis.
Gadis mengeliat dan melempar guling yang dijadikan sandaran
kepala saat adzan subuh bergema dari kejauhan. Rasanya baru kali ini
Gadis merasakan hatinya bagai tersiram air sejuk saat memperhatikan
lafal demi lafal adzan. Ada kerinduan yang mengetuk ruang batinnya.
102 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com