Page 106 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 106

PLAK!
               Tangan Bimo melayang di pipi kanan Sri. Rasa panas dipipinya
        membuat Sri kembali berlinang  air mata. Sri memegang pipinya dengan
        perasaaan hancur.
               “Jangan mas. Jangan diambil.  Hanya itu  satu-satunya barang
        berharga yang tersisa. Jangan diambil. Lintang butuh membeli buku dan
        seragam,” cegah Sri masih menyadarkan suaminya.
               “BODOH!  Urusan  Lintang  itu  urusan  kamu.  Bukan  urusanku.
        Makanya kerja yang bener, jangan  malas.  Sana,  cari uang  lagi  yang
        banyak!”perintah Bimo sambil  menghentakkan tangan Sri dengan
        kasar. Sri jatuh terduduk dilantai. Ada rasa pedih menjalari kakinya yang
        terhempas keras dilantai.
               Bimo  melangkah  pergi    setelah  berganti  pakaian  yang  bersih
        dan wangi. Sambil bersiul dia  membanting pintu dengan keras tanpa
        menoleh ke belakang. Dia tidak peduli bagaimana keadaan istrinya. Tak
        lama  kemudian hanya deru motor yang terdengar semakin menjauh.
               Sri bangun dan duduk dilantai sambil menangis. Tidak ada lagi
        yang tersisa di  rumah ini.  Kelembutan, kasih  sayang,  kebahagiaan,
        semua sudah lenyap tak berbekas sejak setahun yang lalu. Sri menyesali
        perubahan  sikap  suaminya.  Dulu,  Bimo  tidak    seperti  ini.  Dia  suami
        yang baik, penuh tanggungjawab dan sayang dengan anak dan istrinya.
        Pekerjaannya  mapan  dan  keluarga  mereka  tidak  pernah  kekurangan.
        Pernikahan mereka nyaris tidak ada masalah yang berarti. Kebahagiaan
        selalu menyertai keluarga kecil yang telah dikarunia seorang putri yang
        manis.  Hingga Lintang, putri  mereka menginjak usia sepuluh tahun,
        entah mengapa Bimo berubah total. Semua berawal dari perusahaan
        tempat  Bimo  bekerja  mengurangi  pegawai  dengan  alasan  efisiensi.
        Bimo salah satu dari seribu pekerja yang  terkena Pemutusan Hubungan
        Kerja.    Awalnya Bimo bisa menerima perubahan nasibnya. Sebagian
        uang  pesangon  dijadikan  modal  usaha.  Berbagai  usaha  dicoba  Bimo,
        tetapi entah mengapa sampai modal ludes tidak ada yang benar-benar
        berhasil. Sekuat tenaga Sri membantu kesulitan suaminya. Ijasah sarjana




        106                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111