Page 153 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 153

Sepeninggal pengawalnya, ruangan besar itu kembali   Wajah 1aki-
        laki tua itu perlahan-lahan berubah menjadi pucat ketakutan, tubuhnya
        menggingil seakan dilanda demam, pandang matanya gelisah seolah-
        olah mencemaskan akan adanya sesuatu yang mencelakakaannya.
               Dengan  ketakutan  laki-laki  tua  itu  berjalan  tertatih-tatih
        meninggalkan  kursi  goyangnya menuju  kamar.  Begitu  sampai, segera
        ditutup  pintu  kamarnya  dan  segera  dia  kunci.  Pandangaan  matanya
        liar  menyapu  seisi  kamar  untuk  memastikan  tak  ada  sesuatu  yang
        mencurigakan.
               Lalu perlahan-lahan dia naik ke tempat tidur dan membaringkan
        tubuhnya. Tetapi dia tidak bisa memejamkan matanya karena ketakutan
        akan sesuatu ancaman yang membahayakan keselamatannya.
               Mata  tuanya  yang  penuh  rasa  khawatir,  takut  dan  gelisah  itu
        menerawang jauh.
               Tanpa  bisa  dia  hindari  rekaman  peristiwa-peristiwa  beberapa
        puluh tahun yang lalu kembali hadir. Masa mudanya yang penuh dengan
        kerakusan, niat-niat liciknya, kegagalan  dari  beberapa rencananya
        Walaupun  itu  tidaklah  berakibat  buruk  bagi  kedudukaannya  karena
        kelihaiannya  memutar  balikkan  fakta,  perbuatan  sikut  kanan  sikut
        kirinya.
               Bibir  laki-laki  tua itu  terlihat melebar  membentuk senyuman
        mengingat masa lalunya yang penuh ambisi dan prestasi.
               Sampai  pada  puncak  ambisinya yang terbesar  berhasil  yaitu
        ketika ..... oh persis seperti cerita Ken Arok yang dia baca tadi.
               Mendadak laki-laki tua itu gelisaah. Pembantaian orang-orang tak
        berdosa korban ambisinya ..... tubuh laki-laki itu mengejang ketakutan.
               Dipejamkannya matanya berusaha mengusir bayangan-bayangan
        menakutkan  yang  hadir  itu.  Tetapi  dia  tidak  mampu.  Pembantaian-
        pembantaian ... laki-laki itu semakin gelisah. Bajunya basah oleh keringat
        dingin
               Ketika  di  pejamkan  matanya,  semakin  jelas  pembantaian  itu
        terbayang. Air mata, darah, lautan daarah... tubuh yang hanyut tanpa




        Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com     153
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158