Page 152 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 152
aneh. Dilihatnya mata laki-laki tua itu merah menahan maxah, tapi
wajahnya terlihat sangat pucat. Nafaasnya terengah-enggah seakan
baru saja membawa beban berat berton-ton beratnya. Laki-laki tua
itu semakin gemetaran, tubuhnya melemah, pandangan matanya
berkunang-kunang, jantungnya berdetak cepat sekali tak beraturan. Dan
ketika kakinya sudah tidak kuat berdjri, dia terhuyung .... tetapi dia saat
itu ada sepasang tangan kekar yang segera menopang tubuhnya dan
memapalmya duduk di kursi.
“Tuan, jangan terlalu menurutkan emosi. Tubuh tuan sudah
tidak seperti sepuluh tahun yang lalu”, kata pengawalnya sambil
mengambilkan beberapa butir pil dan segelas air putih.
Laki-laki tua itu memejamkan matanya setelah menelan pil
yang diberikan pengawalnya. Dia berusaha mengatur nafasnya yang
tadi seakan mau berhenti berdetak. Berangsur-angsur wajahnya yang
pucat terlihat merah, nafasnya telah normal kembali. Setelah dia rasa
membaik, laki-laki tua itu membuka matanya.
”Pengawal, kau tahu untuk apa kau ku panggil kemari?” laki-laki
tua itu bicara datar, tak ada keberanian menambah volume suaranya,
takut jantungnya kambuh.
Diambilnya buku yang tadi jatuh di bawah kursi goyangnya.
“Kau tahu tentang isi cerita ini,” katanya sambil menunjukan
buku yang dipengangnya.
”Isi buku ini benar-benar mengadu domba. Ini tindakan subversib,
bisa menimbulkan kekacauan dan keresahan masyarakat. Sekarang juga
perintahkan ke orang-orangku untuk melarang buku-buku ini beredar
dan menyeret pengarang buku ini ke meja hijau. Kau dengar? Cepat
laksankaan!” hardiknya keras tanpa menyadari penyakit jantungnya bisa
kambuh lagi.
”Baik tuan,” pengawal itu segera menjnggalkan laki-laki tua yang
sedang dilanda kemarahan itu.
**
152 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com