Page 156 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 156
Beberapa laki-laki di depannya saling bertukar pandang
mengangkat bahu dan tersenyum. Kembali mereka tidak memperdulikan
laki-laki tua di depannya.
Laki-laki tua itu wajahnya semakin pucat pasi, dia nampak
begitu ketakutan dan tak berdaya. Orang nomer saatu ini merasa
dicampakkan, diremehkan dan dihina oleh semua orang tak terkecuali
oleh orang-orang kepercayaannya sendiri. Orang-orang yang tak pernah
membantah semua keinginannya selama ini, tetapi sekarang telah berani
menentangnya. Dia tak habis pikir dengan semua kejadian Dadanya
terasa nyeri, kepalanya berdenyut-denyut.
”Saudara-saudara, tolong dengarkan. Aku akan berikan apa
saja yang kalian inginkan, jika kalian mau mendukung dan mentaati
perintahku. Bagaimana, kalian tentunya setuju bukan?” harap laki-laki
tua itu memelas.
Tetapi orang-orang di depannya tak pedulikan semua yang
dikatakan laki-laki tua itu.
”Saudara-saudara, ingatlah kalian harus mau membantuku. Ingat,
dulu kalian yang mengangkat aku. Akulah yang telah menjadikan kalian
seperti ini. Ayolah.” Tak putus asa laki-laki tua itu berusaha membujuk
orang-orangnya.
”Ma’af, tidak bisa tuan.” Tanpa dikomando orang-orang
bawahannya itu menjawab tegas. Dan kembali mereka tak pedulikan
laki-1aki tua di depannya, kini malah terlihat mereka satu persatu mulai
meninggalkan ruangan besar itu.
”Ayolah, tolonglah aku,” ratap Iaki-laki tua itu. Dengan ditopang
tongkat dia berjalan tertatih-tatih berusaha menghalangi bawahannya
untuk tidak keluar. Tetapi lagi-lagi mereka tak mengubris dan terus
keluar dengan meninggalkan senyum mengejek.
***
Laki-laki tua itu mulai putus asa. Dia dudukkan pantat tuanya
156 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com