Page 159 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 159
Melupakanmu Butuh Waktu
“Kamu serius?”
Tegar menganggukkan kepala menyakinkanku.
Sejenak aku terdiam, tidak mampu merangkai kata-kata.
Sebongkah batu terasa menganjal tenggorokanku.
“Mel, aku serius. Sangat serius,” ucap Tegar sambil meremas
tanganku. Dalam dan lembut.
Ku tatap mata elangnya. Tapi tak lama, aku justru yang menunduk
tatkala matamu menatapku dengan lembut. Penuh keseriusan, harapan
dan menawarkan masa depan.
“Please, kamu mau khan?” tanyanya mendesak, tak sabaran.
Lagi-lagi aku hanya mampu terdiam, kelu. Tegar minta aku datang
mendampinginya? Apakah ini bukan sebuah kenekatan? Siapa yang
berani bertemu dengan keluarga besar Tegar yang keturunan nigrat
itu? Mereka orang-orang kaya, berwibawa, berpangkat dan yang jelas
mempunyai selera yang tinggi dalam menilai seseorang.
Aku? Apakah aku ini, hanya perempuan biasa. Rakyat jelata.
Berkali-kali aku berusaha menyadarkan Tegar tentang kondisiku. Aku
tidak mau terjebak terlalu dalam yang kelak aku yakin hanya akan
bertambah menyakiti hati.
Tanpa segaja aku pernah bertemu dengan ibunya saat di kampus.
Pertemuan pertama yang teramat tidak menyenangkan. Tatapan mata
menghina, uluran tangan terpaksa dan sapaan yang tajam menusuk
sukma. Tegar pernah memaksaku untuk datang saat perayaan ulangtahun
adiknya. Itu saat aku bertemu kedua kalinya dengan mamanya. Sekali
lagi aku hanya menjadi tontonan yang menyedihkan. Hampir seluruh
keluarga besarnya tidak ada yang sudi menyapaku meskipun hanya
sekedar basa-basi. Tatapan mata sinis bahkan kudapatkan dari adik-
adiknya. Terang-terangan mereka mengamit dan memamerkan seorang
perempuan cantik yang belakangan aku tahu bernama Raden Ayu
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 159