Page 163 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 163
keputusan tegas sekaligus membuat Tegar lebih mengerti.
“Melati. Aku senang sekali kamu datang,” kata Tegar membuatku
kaget sambil memelukku dengan erat.
CES.. hatiku terasa melebur dalam kebahagiaan. Kurasakan kasih
sayangnya tidak berubah bahkan rasa itu semakin dalam. Jurang yang
memisahkan kami sekejap lenyap. Aku lupa harus menjauhi Tegar
dan hanya menjaga pertemanan saat kata cinta yang dibisikkan Tegar
membuatku melayang. Sayang sekali kalau semua yang telah terajut
harus lenyap dalam sekejap hanya karena aku tidak dilahirkan dari
keluarga ningrat.
“Kak Tegar, acara akan dimulai. Ayah mencarimu,” sebuah suara
membuat pelukan Tegar terlepas.
Aku tergagap melihat Dewi, adik Tegar memandang kami dengan
tatapan mata marah. Ku coba tersenyum tetapi disambut tatapan sinis
Dewi.
“Maaf Mel. Aku harus ke sana dulu. Ayo,” ajak Tegar sambil
menarik tanganku dengan lembut.
Sekali lagi aku tergagap. Tidak menyangka Tegar akan mengajakku.
“Tapi…” tolakku halus.
Tegar terus menarikku bahkan kali ini membimbingku berjalan dengan
sabar.
“Kak.?” Protes Dewi tidak senang melihat Tegar mengandeng
tanganku. “Ayah tidak akan mengijinkan,” kata Dewi mengingatkan.
Tegar tidak mau mendengarkan kalimat Dewi, terus mengajakku berjalan
melewati banyak tamu yang sesekali disapanya dengan ramah.
“Tegar, aku..”
“Sssttt, tenang saja. Bersikaplah biasa ya,” bisik Tegar.
“Tapi..aku..”
“Kamu sangat cantik, anggun. Percayalah,” ucapnya lagi
memompa rasa percaya diriku yang merambat turun.
Aku tidak kuasa menolak berusaha mengimbangi langkah Tegar
dengan hati tak karuan.
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 163