Page 166 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 166

Seindah Mata Ibu, Berjuta Cinta Di Sana


               Jantungku  berdetak  kencang.  Hatiku  diliputi  rasa  khawatir
        sekaligus senang. Kegelapan yang menyelimutiku selama hampir sepuluh
        tahun sebentar lagi tak akan melingkupi hidupku. Sinar terang, warna
        warni keindahan dunia beserta seisinya yang sempat kukecap selama
        empat tahun akan kunikmati kembali. Wajah orang-orang yang selama
        ini menyanyangiku dan hanya bisa kudengar suaranya, akan kupandangi
        sepuas hatiku.
               Tanganku gemetar saat tangan dokter Hari, perlahan membuka
        perban  yang menutupi  kedua  bola  mataku.  Kesabaran  yang selama
        sepuluh tahun ini setia menemaniku seakan menguap entah kemana.
        Betapa inginnya aku segera membuka mata dan meninggalkan
        kegelapan.  Banyak hal  yang sudah  kurencanakan akan kulakukan.
        Mengenal keluarga,  berjalan-jalan,  bertemu sahabat,  meneruskan
        sekolahku yang tertunda dan berpuluh rencana lainnya. Aku juga tidak
        akan merasa rendah diri lagi, bisa bergaul dengan teman-teman yang
        mempunyai fisik sempurna. Lapisan terakhir dibuka perlahan.
               “Coba, buka mata dengan perlahan,” suara lembut dokter Hari
        membuatku tersadar  dari lamunan.
               Dengan  ragu,  kulakukan  perintah  dokter  Hari.  Perlahan  aku
        mengerakkan kedua kelopak mataku. Terasa berat, lengket dan perih.
        Semangatku untuk keluar dari kegelapan membuatku terus menahan
        perih. Sesuai petunjuk dokter Hari, aku mencoba kembali. Suara lembut
        mama terus memompa semangatku.
               Semburat bayangan  mulai melintas di mataku. Semula terlihat
        samar dan jauh. Lambat laun saat kedua kelopak mataku terbuka dengan
        sempurna, aku  bisa  melihat dengan  lebih  jelas.  Berkali-kali  dokter
        memintaku untuk mengerjapkan mata.  Dan  sekarang semua terlihat
        jelas dan sempurna.
               “Mama….Papa…”  bisikku  diliputi  rasa  keharuan  yang
        menyesakkan dada.  Kedua orangtua itu memelukku dengan hangat.




        166                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171