Page 164 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 164

Tiba-tiba langkah kaki kami berhenti saat sebuah tangan menarik
        bahu Tegar. Tatapan matanya tajam memandangku. Tegar tidak kuasa
        melawannya, kakinya mengikuti langkah ayahnya naik ke atas panggung
        meninggalkan diriku tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun, selain
        tatapan penuh penyesalan. Sekali lagi aku terluka tetapi tidak berdaya.
        Beruntung para tamu undangan sibuk  dengan obrolan  dan  makanan
        yang melimpah sehingga tidak tahu kejadian yang menimpaku.
               “Perhatian  ..perhatian..  Selamat  malam.  Terimakasih  atas
        kehadiran  tamu  undangan.  Malam  ini  kami  mengundang  bapak  dan
        ibu serta saudara sekalian untuk menghadiri syukuran kelulusan putra
        kedua  kami.  Tegar  Prasetyo,  ST  yang  lulus  dengan  peringkat  sangat
        memuaskan. ..”
               Tepuk tangan  membahana   saat ayah  Tegar memberikan
        sambutan.  Di  atas panggung keluarga itu  berkumpul.  Ayah, ibu,  Mas
        Setyo, Tegar dan kedua adiknya. Mereka kelihatan harmonis dan bahagia.
        Cantik dan ganteng. Sangat serasi dan mempesona.

               Aku terdiam memperhatikan mereka dan diam-diam menyingkir
        ke tempat yang tidak mudah dilihat tamu undangan. Entah mengapa
        perasaanku  tidak  enak  sejak  ayah  Tegar  mengajaknya  ke  panggung.
        Lebih baik tidak ada yang mengenaliku.
               “….dan  malam  ini  juga  kami  sekalian  memperkenalkan  calon
        keluarga besar kami. Silahkan Raden Ayu Wulan dan keluarga. Inilah  calon
        istri Tegar. Tiga bulan lagi mereka akan melangsungkan pernikahan…..”
        TAP. Kepalaku seakan dipukul sebuah kayu. Seketika pening dan sakit
        sekali. Meskipun sudah tahu kalau mereka tidak menyukaiku dan lebih
        memilih  Wulan,  tetapi  aku  tetap  tidak  siap  menerima  kenyataan  ini.
        Hatiku terasa diiris sembilu melihat Wulan naik kepanggung dan berdiri
        tepat disebelah Tegar. Wulan sangat cantik, anggun, glamour dan tentu
        saja  mempesona.  Sekali  lagi  terdengar tempik sorak membahana,
        berbagai pujian bermunculan  dari tamu yang hadir. Semua memuji
        kecantikan, ketampanan dan keserasian calon mempelai.




        164                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169