Page 174 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 174
sebagai seorang ayah dengan mengikuti perkembangan anak-anak tak
pernah dilewatkan.
Kerinduan sudah membuncah di dada, kami tak terbiasa
berpisah jauh dan lama. Meskipun sudah setahun, mas Bayu belum
pulang karena bulan depan sudah bulan ramadhan. Tanggung kalau
harus pulang sekarang, karena biaya perjalanan mahal . Menunda
pulang 2 bulan lagi akan lebih membahagiakan karena bisa berlebaran
bersama. Kami sepakat untuk menunda rasa kangen yang mendalam.
Mas Bayu sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk bertemu denganku,
terlebih dengan anak-anak, terutama dengan Rama. Setahun yang lalu,
Rama belum suka bermain bola, mas Bayu sering mengajari bermain
bola dengan tendangan dan sundulan. Dan sekarang Rama sudah pandai
menendang bola sambil berlari ke sana kemari.
Anak-anak sudah ingin sekali bertemu dengan ayahnya, rupanya
kerinduan dengan sosok ayah yang selama ini menemani mereka tiap
hari sudah sedemikian besar. Awalnya mereka protes keras, bahkan
Lintang sempat ngambek ketika tahu ayahnya menunda kepulangan. Dia
mengurung diri di kamar dan mogok bicara dan makan. Setelah mas
Bayu ikut membujuk lewat telpon, barulah Lintang mau makan.
**
Untuk kesekian kalinya aku tertawa mendengar celoteh dan
candaan suamiku dengan anak-anak. Rasanya tak pernah bosan Satrio,
Lintang dan Rama mengelitik ketiak ayahnya. Dengan cepat dan
tangkas, mas Bayu menangkap dan mengunci tangan anak-anak. Kedua
tangan Satrio di kunci dengan paha kanan, tangan Rama dengan paha
kiri dan tangan Lintang di pegang kuat . Ketiga anak-anak tak mampu
lagi melepaskan diri, terlebih Satrio yang terus tertawa terbahak-bahak
sehingga rasanya tenaga sudah terkuras habis. Jeritan riuh membuat
rumah kami ramai dan penuh kebahagiaan, setelah setahun belakangan
sepi.
174 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com