Page 175 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 175
Ku pandangi mereka berempat dengan rasa haru yang tak bisa
kulukiskan dengan kata-kata. Ingin rasanya menyaksikan kebersamaan
mereka setiap hari. Sebuah keutuhan keluarga yang tak bisa di tukar
dengan materi apapun.
“Bunda, lagi memikirkan apa? “ tanpa ku sadari mas Bayu sudah
di dekatku. Anak-anak lagi asyik mencoba tablet 7 inci yang dibelikan
mas Bayu kemarin sebagai oleh-oleh.
“Bunda senang melihat anak-anak bahagia. Rasanya lama sekali
rumah ini sepi tanpa tawa lepas mereka , Yah.” Kusandarkan kepalaku di
dada mas Bayu. Tangan lembut mas Bayu membelai rambutku. Dengan
rasa sayang kecupan hangat mendarat di pipiku.
“ Ayah ingin selalu bersama Bun. Ayah harus menahan sepi, rindu
dan rasa sakit mendalam karena selalu teringat kalian. Ingin rasanya
meninggalkan pekerjaan dan kembali ke rumah. Tetapi kalau teringat
setiap tahun kita harus membayar kontrakan dan terkadang kesana
kemari mencari rumah kontrakan, ayah mencoba bertahan. Sedih sekali
Bun, kalau ingat kita harus pindah-pindah.”
Ku genggam erat tangan suamiku, kupandangi matanya yang
telah dialiri dua sungai bening.
“ Ayah, bunda juga merasa berat. Amanah mendidik anak-anak juga sulit
untuk dilakukan sendirian. Tetapi demi cita-cita kita ke depan, bunda
harus ikhlas melepas ayah.”
Mas Bayu mencium tanganku, membuatku semakin terharu.
Betapa bahagianya mempunyai pahlawan keluarga yang pemurah,
pengasih dan rela berkorban untuk keluarga. Betapa bersyukurnya diriku
dikaruniai seorang imam keluarga yang luar biasa dan sholeh.
Allohu Akbar...Allohu Akbar................................. terdengar
lantunan adzan magrib dari masjid dekat rumah. Alhamdulillah, puasa
kami berakhir hari ini. Besok, kami merayakan hari kemenangan
bersama-sama. Mas Bayu merangkul pundakku berjalan ke ruang
makan, mengikuti anak-anak yang berlarian dengan jeritan syukur
mereka.
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 175