Page 180 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 180
Untuk pertamakalinya aku membuka percakapan dengan Mbak
Siti.
“Masak apa, Mbak?” tanyaku basa basi sambil mengambil seikat
bayam dan wortel.
“Ini Bu. Masak gado-gado dan ayam,” jawabnya sambil tersenyum.
“Nggak tergesa-gesa, ya?”
“Santai saja, Bu. Nyonya sudah berangkat,” sahutnya lagi.
“Memang kalau ada ibu, nggak boleh gobrol dengan tetangga?”
kataku penasaran. Sudah berbulan-bulan, tetapi baru kali ini Mbak Siti
leluasa gobrol. Biasanya baru basa-basi sebentar, Mbak Siti sudah masuk
karena Bu Tulus memanggilnya.
Siti mendekati pagar, memandang kedalam rumah lewat
pintu pagar yang terbuka seperempat. Setelah memastikan aman, dia
mendekatiku dan berkata pelan.
“Nyonya tidak suka melihat saya ngegosip.”
Keningku berkerut.
“Kita tidak bicara bikin gosip, Mbak.“ ralatku membela diri.
“Apapun nyonya tidak suka. Eng…khawatir keceplosan bicara,”
sambung Mbak Siti lagi.
Aku memandangnya penuh pertanyaan. Aneh.
“Memangnya keceplosan apa? Ada rahasia?”
Mbak Siti terkesiap. Buru-buru menutup mulut dengan kedua
tangan.
“Mbak, memang di rumah ada siapa lagi? Kok siang-siang sering
ada suara teriakan?” tanyaku penasaran.
“Ngg….itu Bu. Ada….” jawab Mbak Siti binggung.
Keningku berkerut. Semakin penasaran.
“Saya mendengar suara teriakan, barang pecah dan..”
PRANG!
Kalimatku terpotong.
Siti seperti tersadar. Dengan panik ia membayar semua
belanjaan dan setengah berlari masuk ke rumah sambil menutup pagar
180 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com