Page 178 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 178
blus lengan pendek dan sepatu hak tinggi. Ehm, cantik dan menarik,
pujiku dalam hati.
“Eh, pagi, Jeng,” sambutnya ramah menerima ulurkan tanganku
dengan terbata-bata.
“Saya Nining. Eh bu Thamrin. Tetangga sebelah,” sambungku lagi
memperkenalkan diri. Menunjukkan rumahku.
“Ibu Tulus,” jawabnya pendek. “Maaf Jeng, saya belum sempat
silaturahmi ke tetangga. “katanya serba salah. Pandangan matanya
gelisah.
Aku tersenyum maklum.
“Pindahan darimana Bu Tulus?” tanyaku ramah.
“Bandung,” jawabnya pendek dan terdengar terburu-buru.
Aku mengerti tetangga sebelah rumahku ada keperluan lain.
Benar saja dengan ragu-ragu dia melihat ke jam tangannya.
“Mau pergi, Bu Tulus? Silahkan. Maaf kalau menganggu.”
“Oh, maaf. Saya terburu-buru. Lain waktu kita lanjutkan,”katanya
cepat.
Aku tersenyum, mengangguk maklum.
Setelah berbasa basi sebentar Bu Tulus masuk. Benar saja, sekitar 10
menit kemudian mobil merah meluncur keluar dari garasinya.
**
PYAR…
Aku terlonjak kaget. Jahitanku berhenti.
“DIAM,” bentak sebuah suara.
Mukaku berubah pucat.
Sebentar kemudian terdengar ribut-ribut dan barang pecah.
“Mas..?” ucapku kepada Mas Thamrin.
Suamiku hanya memandang sekilas, kemudian kembali
menekuni bukunya.
PYAR..PRANG…
“Mas,” bisikku jengkel tak diperhatikan.
178 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com

