Page 179 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 179
Aku meninggalkan mesin jahit, berjalan mendekati jendela dan
menjulurkan kepala keluar jendela kamar. Suara dari tetangga sebelah
semakin kencang terdengar. Teriakan dan suara keras memanggil-
manggil nama mama kencang terdengar.
Tetapi keributan itu tidak lama. Tiba-tiba hening.
Aku mendekati suamiku.
“Kok cuek sih mas,” protesku sambil merajuk.
Mas Thamrin tidak menjawab, hanya melempar senyum.
Aku mendongkol, merasa diambaikan.
“Nggak peduli. Padahal hidup bertetangga harus saling
memperhatikan.” Sungutku masih diliputi kejengkelan.
Mas Thamrin meletakkan bukunya. Tangannya meraihku.
Aku duduk disebelahnya dengan terpaksa. Dengan lembut suamiku
mengambil kepalaku dalam dekapannya. Membujukku.
“Biarin saja. Nggak baik nguping, Ma,” kata Mas Thamrin
mengingatkan.
“Tapi..tetangga sebelah…”
“Sstttt, sudah. Nggak baik membicarakan tetangga,” potong Mas
Thamrin sambil mempererat pelukannya.
Kali ini aku menyerah.
**
Pagi itu, seperti biasanya aku memanggil tukang sayur yang
lewat didepan rumah. Saat memilih sayur, pintu pagar rumah sebelah
terbuka. Mobil merah Bu Tulus melaju perlahan dan tak lama sudah
menghilang dikelokan jalan.
“Pagi, Bu Thamrin,” sapa Mbak Siti, asisten rumah tangga Bu
Tulus ramah.
“Pagi Mbak. Ibu sudah berangkat?” tanyaku ramah.
Mbak Siti menganggukkan kepala.
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 179