Page 18 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 18
“Lho, memangnya akan ada tiga kampanye?” aku mulai lancar
mengucapkan ka1imat kampanye.
“Aku dengar memang begitu.”
“Tapi Pon, tahun yang lalu kalau tidak salah sudah ada lautan
kuning” kataku ketika teringat setahun yang lalu dimana-mana warna
kuning menyolok mata, ada di mana-mana. Hanya kuning, tak ada yang
merah ataupun hijau. tembok rumah kuning, pagar kuning.
“Yach itulah karena kecurangan salah satu kelompok tertentu
untuk memenangkan pemilu hingga membuat kecurangan dengan
kampanye terselubung. Itulah politik,” Kata mbak Sonia yang sering aku
dengar dari diskusi-diskusi dengan kawan-kawannya,” jawabnya sambil
tersenyum.
“Kamu kok pinter dan wasis gitu tho, Pon ?”
“Mbak Sonia khan sering diskusi sama kawan-kawannya. Kadang
dengan mas Faris lho kalau pas ke sana. Jadi aku sering dengarkan dan
thhu, “jawabnya bangga.
Mas Faris memang sering ke rumah mbak Sonia pacarnya yang
cantik itu.
“Coki, mosok mas Faris nggak diskusi kalau di rumah,” tanya Poni
sambil menatapku.
Aku diam tak menjawab. Sebenarnya mas Faris sering diskusi
dengan kawan-kawannya. Saking seringnya sampai nggak kenal waktu.
Nggak sing, nggak malam, mereka diskusi. Malah sering dari malam
sampai pagi mereka tak tidur karena diskusi yang belum selesai. Tetapi
selama ini aku selalu malas untuk ikut mendengarkan.
“Coki, bagaimana pendapatmu tentang kampanye terselubung
itu?”
Aku malu karena tak bisa menjawabnya, karena tak tahu apa
yang mesti aku jawab. Aku menyesal karena selama ini tidak pernah
belajar dari mas Faris. Dan sekarang Poni pacarku ini mengajak diskusi
tapi aku tak bisa nyambung dan tak bisa meresponnya.
“Eh Coki....”
“Sori Pon, aku tidak tahu banyak. Kalau menurut pendapat kau
gimana?” tanyaku menutupi rasa malu.
18 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com