Page 17 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 17

Aku hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan. Diam-diam
        aku merasa kagum pada Poni pacarku ini. Dia memang cerdas.
               Tuanku datang memakai kaos merah menyala seperti yang aku
        lihat  di jalanan  tadi.  Kepalanya  diikat  kain merah pula; Wah,  gagah
        sekali mas Faris siang ini. Aku bangkit dari tidurku, dan seperti biasanya
        kuhampiri mas Faris menyambutnya. Kulihat wajah mas Faris berseri-
        seri, nampak senang.
               Melihatku, mas Faris hanya melirik sedikit, tak  membelaiku
        sepeti biasanya, membuatku heran. Dia malah memandang Poni dan.
        tersenyum. Aku semakin mendongkol kesal. Tapi itu tidak lama, karena
        sesaat kemudian mas Faris jongkok mengusap-usap tengkukku.
               “Ha..ha..ha.. aku hanya mau menggodamu Coki. Sini-sini. Tahu
        nggak Coki aku tadi  kampanye  di  jalan  sana bersama kawan-kawan.
        Wah, sambutan masyarakat benar-benar luar biasa. Aku senang.” kata
        mas Faris sambil membelaiku.
               Aku  hanya mendengus-denguskan  hidungku  mendengarkan
        cerita mas Faris yang bersemanggat. Tangan mas Faris kujilati, pertanda
        aku mengerti dengan apa yang dia maksudkan.
               “Sudah sana, tuh Poni menunggumu, “Mas Faris masuk ke dalam.
               Aku tersenyum, kemudian kembali ke halaman dan berbaring di
        sebelah Poni lagi.
               “SSttt..Coki, mas Faris gagah yach siang ini,” kata Poni.
               Aku cemberut mendengar pujian Poni. Cemburu rasanya karena
        pacarku memuji laki-laki lain di depanku.
               “Tentunya dia tadi juga ikut kampanye. E iya tadi memang mas
        Faris kudengar ngomong begitu yach,” Tambah Poni.
               Aku  jadi  membayangkan  mas Faris  berada  di  tengah-tengah
        rombongan massal tadi.
               “Ramai sekali yach kalau mulai ada kampanye-kampanye. Kita
        akan sering saksikan lautan merah, lautan hijau dan lautan kuning,” kata
        Poni.
               Aku garuk-garuk kepalaku yang tak gatal. Angin siang menghembus
        sejuk  nembawa kantuk. Tapi aku justru tak  merasa ngantuk karena
        tertarik dengan penjelasan Poni.




        Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com      17
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22