Page 21 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 21
Aku menjadi iri dengan kemesraan meraka. Ku lirik Poni yang
duduk di bawah kaki mbak Sonia. Aku ingin tahu apa reaksi Poni melihat
tuannya bermesraan, Tetapi agaknya aku harus kecewa, karena kulihat
Poni cuek saja dan sama sekali nggak mau melihatku. Huh, pura-pura
nggak lihat, gerutuku jengkel melihat Poni yang menurutku sok.
“Nggak apa-apa kalau memang di rumah harus lama. Yang panting
jangan lupa kirim khabar dan cepat kembali kala sudah selesai. Masih
bayak yang harus kita kerjakan di sini. KIPP tentu sibuk dengan kerja-
kerjanya setelah pemilu berakhir, dan resources kita masih terbatas.”
Aku paham dengan pembicaraan mereka. Kudengar memang
untuk pemantauan pemilu yang selama ini selalu curang, mas Faris dan
kawan-kawnnya membentuk komisi independen untuk pemantauan
pemilu yang disebut mbak Sonia
dengan KIPP. Senang rasanya ikut menyaksikan kesibukan kerja-kerja
manusia manusia itu.
***
Seminggu setelah pemilu berakhir, mas Faris baru tiba di Yogya.
Masih membawa tas ranselnya yang cukup besar, mas Fariske rumah
mbak Sonia. Mungkin dari terminal, dia langsung ke sini. Wajah mas
Faris keruh dan murung. Tubuh jangkungnya loyo dan nampak lelah
sekali. Langkahnya nggak bersemangat, tidak beperti biasanya. Entah
ada persoalan apa, aku belum tahu.
Mbak Sonia manatap heran kepada kekasihnya itu. Mata bagus
yang sarat kerinduan itu menatap tak mengerti dngan sejuta tanya.
Mas Faris menjatuhkan ranselnya lalu duduk dengan sikap pasrah
kukira. Setelah menghala napas panjang, dia berkata lirih.
“Nia, aku sudah urus semua persyaratan pernikanan kita. Tapi ....
“ mas Faris mengantung kata-katanya menbuat mbak Sonia penasaran.
Aku dan Poni juga merasa penasaran dan diam-diam kami
memasahg telinga.
“Benar-benar anjing meraka!” serapah mas Faris keras.
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 21

