Page 26 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 26
kalap seperti biasanya. Dielus-elus punggung Satrio untuk meredakan
tangisnya agar kemarahan Karjo tidak bertambah. Bocah berusia 3
tahun itu terisak-isak di pelukan ibunya. Hati polosnya bertanya-tanya
mengenai perubahan sikap bapaknya akhir-akhir ini yang sangat keras
dan kasar kepada dirinya maupun kepada ibunya. Di pelukan dan elusan
ibLmya yang penuh kelembutan, tangis Satrio mulai mereda. Setelah
tangis Satrio mereda Murni segera membisikkan sesuatu ke telingga
Satrio, dan tak lama kemudian bocah kecil itu melangkah keluar rumah
dengan mata berbinar-binar. Murni menyuruh Satrio untuk bermain
keluar, menghindari kemarahan bapaknya.
“Mas Karjo, berapa kali aku katakan ,apapun yang teljadj dengan
diri mas jangan sekali-sekali Satno menjadi sasaran kemarahan terus
. Kasihan dia mas.” Kata Murni sambil tanganya sibuk memunguti
pecahan-pecahan asbak di depan pintu.
“Perempuan lancang, kamu saja yang tak becus mengurus anak.
Apa kerjaanmu seharian sementara suaminya bekerja keras membanting
tulang mencari uang heh ? Dasar perempuan tak tahu umpat Karjo.
Murni ketakutan, tangannya gemetar.
“Mas, kamu lelah. Sebaiknya mas Karjo istirahat saja di dalam,
aku akan siapkan sarapan dan kopi untuk mas,” Mumi berusaha tidak
memperdulikan kemarahan suaminya.
“Mur, mana uang dari ibumu kemarin, sini aku butuh.”
Mumi tak pedulikan pertanyaan suaminya, dengan bersikap
biasa dia melangkah ke belakang.“ Aku akan siapkan sarapan dulu mas,”
Merasa tak diacuhkan istrinya Karjo menjadi murka, tiba-tiba
tangannya terulur dan Murni tak sempat menghindarinya Plak, plak,
plak.
Untuk kesekian kalinya hati Murni terasa teriris-iris pedih. Pipinya
terasa panas dan sakit tetapi hatinya lebih terasa sakit bukan main. Pagi
ini sudah puluhan kali seperti pagi yang sama dirinya dihina oleh Karjo.
Betapa sakit hatinya selama beberapa bulan ini, sampai mata Murni tak
kuasa lagi menitikkan air mata. Airmatanya seakan telah kering karena
26 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com