Page 24 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 24
Batas Kesabaran Seorang Istri
Untuk kesekian kalinya Karjo menelan ludah dan membuang nafas
dengan dengusan keras. Diseretnya kakinya dengan tanpa semangat
samasekali, seakan tulang belulangnya patah semua, Badannya terasa
sangat lelah dan ngilu semua. Sekujur tubuhnya pegal karena beberapa
malam duduk dalam posisi yang tak bembah. Dia hanya akan merubah
posisi duduknya kalo ke belakang dan perutnya terasa lapar. Sejak malam
tadi sampai subuh berlalu dan menjelang matahari bersinar dari timur
dia baru bangkit dari duduknya. Matanya sayu, merah dan terlihat kuyu
karena kuxang tidur. Rambutnya acak-acakan tak tersisir. Bajunya kumal
dan nampak kotor sekali.
Dipalingkan pandangan mata kedepan dan sekali lagi dengan
dengusan keras dibuanglah nafasnya dengan lemas.
Rumah mungil yang telah dia kontrak selama dua tahun berdiri
gagah dengan senyum mengejek menunggu kedatangananya. Bunga-
bunga di pagar yang sebagian besar layu malah banyak yang telah kering
dan mati bergoyang terkena angin seakan membuang muka melihat
kedatangarmya. Sebentar lagi Karjo akan bertemu dengan Murni, istrinya
dan Satrio, anak semata wayangnya. Karjo menahan sesak di dadanya
yang semakin terasa menghimpit.
Begitu sampai di rumah, Karjo segera merebahkan tubulmya
yang lunglai ke kursi panjang di ruang tamu. Terdengar suara istrinya
sedang memandikan Satrio di belakang. Dipejamkannya matanya
mencoba untuk tidur, tetapi pikirannya terasa tidak mau berhenti.
“Lho mas, kok baru pulang ? Nggak dengar suaranya.” Kata Murni
sambil tangannya sibuk mengeringkan tubuh mungil Satrio dengan
handuk.
“Ibu dua hari yang lalu tindak sini, kangen sama Satrio. Menginap
satu malam, terus kemarin kondhur. Nunggu mas Karjo nggak pulang-
24 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com