Page 19 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 19
“Yach kalau menurut aku, tidak benar. Masak rakyat ditipu dan
dimanfaatkan dengan kampanye terselubung itu. Itu provokasi yang
nggak benar dan nggak pada tempatnya.”
Telingaku terasa ganjil mendengar istilah asing yang diucapkan
Poni.
“Provokasi itu mempengaruhi “lanjut Poni seperti tahu apa yang
sedang aku pikirkan.
Aku semakin kagum kepada Poni yang rasanya semakin hari
semakin cerdas dan pengetahuannya semakin luas. Sementara perutku
terasa kroncongan, aku ingat tadi pagi lupa menyentuh sarapan yang
disediakan mas Faris. Kerongkonganku juga terasa kering karena haus.
“Coki... Coki....”
Dari dalam rumah ku dehgar suara khas milkk mas Faris
memanggilku. Ku lihat mas Faris sudah sudah berdiri di teras rumah dan
matanya memandangku yang terbaring di bawah pohon. Melihat mas
Faris, aku bangkit.
“Poni, aku masuk dulu yach. Mas Faris memanggilku,” kataku
pamitan pada Poni.
Poni bangkit dari tidurnya.
“ Ya Coki, aku juga mau pamit pulang. Kasihan kalau mbak Sonia
nanti mencariku.”
“Nanti ketemu lagi yach Pon,” pintaku.berharap.
Poni menganggukan kepalanya dan berjalan pulang.
***
Tiga hari menjelang pemilihan umum, mas Faris pulang ke Aceh.
Ia ingin menggunakan hak pilihnya di kota asalnya sana, sekalian
bermaksud mengurus surat-surat ijin pernikahannya dengan mbak Sonia.
Seminggu yang lalu bapak mengirimkan telegram agar mas Faris segera
pulang untuk mengurus pernikahannya. Aku ikut merasa bahagia karena
pada akhirnya mas Faris berhasil menundukkan hati kadua orangtua
mbak Sonia untuk merestui rencana pernikahan mereka. Mulanya
kedua orang tua mbak Sonia tidak mengijinkan karena menginginkan
mbak Sonia menyelesaikan terlebih dahulu kuliahnya di program S2, dan
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 19