Page 16 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 16
Buk ! sebuah batu sebesar kepalan tangan menimpuk kepalaku.
“Kaing!” aku tarlonjak kaget, melompat dan mataku mencari
orang yang kurangajar itu. Kulihat serombongan pemuda tertawa-tawa
melihat aku kesakitan. Benar-benar tak tahu adat!
“Hayo..hayo..hush..hush.. minggat sana” hardik seorang pemuda
berambut panjang sambil mengacungkan kepalan tangannya yang
diiringi derai tawa teman-temanya.
Aku mendengus. Ternyata tak ada tempat yang aman di jalan
ini. Kuputuskan untuk pulang saja. Ku langkahkan kaki mennju rumah.
Tentu lebih enak berbaring di bawah kursi ruang tamu atau berbaring di
halaman depan meneruskan tidur yang tertunda tadi, pikirku.
Tapi aku lupa, ternyata pintu rumah masih tertutup. Tuanku
tentu belum pulang.
Sambil menunggu tuanku pulang, aku berbaring di halaman.
Tak lama kemudian, kulihat Poni pacarku datang menghampiriku,
lalu ikut berbaring di sebelahku. Peluh bercucuran di keningnya, wajahnya
memerah karena kepanasan, tetapi justru menambah kacantikannya.
“Coki, kau tadi lihat nggak ada keramaian di jalan besar sana,”
kata Poni sambil mata bagusnya menatapku.
“Ya, aku tadi lihat. Orang-orang hingar bingar, berteiak-teriak
ramai sekali. Entah ada atraksi apa.” Jawabku.
Poni tertawa, membuatku heran.
“Itu.bukan atraksi, tapi kam-pa-ye ,” Poni mngeja kalimat terakhir
yang dia ucapkan secara perlahan-lahan.
Kudongakkan telingaku mendengar kalimat asing itu.
“Apa, kamanye ...?”
“Kam-pa-ye, bukan kamanye”
“Kau tahu dari mana kalau itu tadi kam-pa-ye?”
“Ya aku tadi dengar orang-orang ramai mengatakan.
Mereka bilang ini kampanye menjelang pemilu,” jelas Poni
menyakinkan dan ku lihat dia bangga dengan apa yang dia ketahui.
16 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com