Page 11 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 11
“Yus ..... atau kita telpon dulu ke pub... tapi sepertinya nggak ada
telpon di dekat sini yach,”
Perempuan yang dipanggil Yus mengedarkan pandangan
matanya, kemudian mengangguk mengiyakan kata-kata temannya.
Mereka terdiam.
“Kalau hujan begini, gimana dengan kerjanya dik?“ tanyaku tiba-
tiba memecah kesunyian.
Kedua perempuan muda itu reflek memandangku dengan sorot
mata curiga, tetapi beberapa saat kemudian kulihat wajah mereka
tersirat kelegaan setelah melihat senyumku yang ramah.
“Ya sepi mbak, nggak bisa ngobyek,” jawab perempuan yang
dipanggil Leni.
“Apa nggak keganggu kuliahnya dik, kalau tiap malam kerja?”
Kedua perempuan itu tertawa, ku perhatikan si baju ungu punya
lesung pipit di kedua pipinya menambah pesona di wajahnya.
“Wah, kalau kita ini sudah terbiasa kerja malam mbak, jadi nggak
merasa terganggu. Yach daripada di kost saja, bosan. Lebih baik keluar
bisa senang-senang, dapat duit lagi. Lumayan bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari, khan nggak nyusahin orang tua lagi mbak,” jawab si baju
ungu diplomatis.
Aku tersenyum. Tapi hatiku mengeluh dan mnyesalkan sikap
kedua perempuan di sebelahku ini. Ternyata mereka menjual diri hanya
untuk kesenangan, iseng-iseng dan pengisi waktu luang saja. Tingginya
pendidikan mereka, justru menyesatkan pergaulan dan moral mereka.
Berbeda dengan Tessy yang terpaksa bekerja seperti itu karena demi
tuntutan ekonomi. Rendahnya tingkat pendidikan Tessy membuat dia
tak mampu menghindar dari profesinya, dan mau tak mau dia harus
melakoni pekerjaan yang bertentangan dengan nuraninya itu.
Memang sekarang ini banyak mahasiswa yang mempunyai ‘kerja
sambilan’ untuk kesenangan belaka. Sungguh memprihatinkan, keluhku.
**
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 11

