Page 22 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 22
Hah, mas Faris memaki. Aku yang tidak tahu apa-apa menjadi
korbannya.
“Asas LUBER yang dijadikan dasar pemilu ternyata hanya omong
kosong belaka. Shit! 1uber..luber, pembual mereka! Tahu nggak kau
Sonia, aku di persulit waktu mengurus surat-surat pernikahan dengana
alasan kapena aku tak memilih seperti apa yang mereka inginkan. Apa-
apaan itu, mana kebebasanku, mana hak pilihku, apa bukti asas luber di
pakai? Anjing mereka semua !”
Lagi-lagi aku menjadi korban kemarahannya.
“Jadi, kau nggak berhasil?” tanya mbak Sonia sambil memandang
Mas Faris dengan tatapan cemas.
“Iya Nia, aku gagal .Maafkan aku.”
Mereka terdiam, kamipun hanya bisa diam.
“Faris, ..... kupikir ini masukan yang berrarti bagi KIPP.
Pengalamanmu bisa menjadi salah satu bukti kecurangan mereka.”
Mas Faris mengangguk mengiyakan.
“Nggak apa-apa pernikahan kita tertunda,” hibur mbak Sonia
tabah.
Aku terhenyak mendengar pengalaman mas Faris tadi.
Kenapa selalu saja ada ketidakberesan dan kecurangan pada
manusia-manusia itu. Aku menjadi sangsi, apakah seperti itu yang
di namakan manusia bermoral?! Manusia yang menghalalkan segala
cara untuk kepentingannya, manusia yang suka menjegal, yang suka
merugikan rakyat, yang merugikan orang lain?
Bah! pasti rakyat kecillah yang selalu manjadi korban. Ku pikir
betapa susahnya menjadi rakyat kecil yang selalu di jadikan obyek bagi
kepuasan dan kerakusan penindas, orang-orang yang berkuasa.
Untung saja aku bukan mereka. Untung saja aku tidak suka
menjadi penindas, aku tidak suka menjegal sesama, aku tidak suka
22 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com