Page 38 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 38
Geliat Dari Kaki Bukit
Lastri mempercepat langkah kakinya. Sesekali kepalanya melihat
ke langit. Semakin lama, langit berwarna abu-abu gelap, pertanda hujan
akan segera turun. Sebenarnya jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh,
tak lebih dari setengah kilometer. Tapi, terasa lebih lama karena jalanan
menuju bukit menanjak.
Bukit itu terletak di sebelah selatan Desa Pencil, biasa digunakan
warga untuk berbagai keperluan seperti untuk menjemur hasil panenan.
Kalau musim panen padi, lereng bukit digunakan untuk menjemur padi.
Tapi sekarang ini, lereng bukit dipakai untuk menjemur singkong yang
akan diolah menjadi gaplek .
Di sekitar bukit ada sawah kering milik warga, menjadi satu-
satunya harapan untuk menanam padi dan tanaman lainnya. Biasanya
warga memanen tanamannya, kemudian sekalian menjemurnya di
bukit. Hal itu mempermudah dan mempersingkat pekerjaan warga,
karena hasil panenan sudah bersih saat dibawa pulang .
“Ayo cepat, Lek . Sebentar lagi hujan,” kata Yu Sipon, bergegas
naik ke bukit seperti Lastri.
“Iya. Ayo, Yu,” sahut Lastri sambil mempercepat langkahnya.
Bagi Lastri, waktu sangat berarti. Dia harus berpacu dengan waktu
untuk mendahului turunnya hujan. Kalau sampai gapleknya kehujanan,
Lastri harus bersusah payah mencuci kembali dan menjemur dari awal.
Semua proses itu butuh waktu cukup lama. Lastri agak menyesal, kenapa
tadi di rumah cukup lama. Biasanya Lastri hanya pulang sebentar untuk
sholat dan makan, setelah itu kembali ke bukit untuk menjemur gaplek.
Tapi, hari ini perutnya mulas. Ia terpaksa harus bolak balik turun untuk
buang air besar.
Lastri melihat beberapa tetangganya sudah mengumpulkan
gaplek. Dengan cepat, Yati mengambil sekop dan tak lama kemudian dia
sudah sibuk mengumpulkan gaplek. Hanya saja Yati dan tetangganya
38 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com